Babak Baru Perpolitikan Di Kabupaten Bandung

HADIRNYA dua Srikandi pada pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) Kabupaten Bandung 2020, merupakan babal baru bagi perpolitikan di kabupaten dengan 2 juta hak pilih tersebut.

Dinamika kemunculan para srikandi ini, menurut Sekretaris DPD Angkatan Muda Pembaharu Indonesia (AMPI) Kabupaten Bandung, Dadang Risdal Aziz perlu diapresiasi, terlepas dari latar belakangnya masing-masing.

“Secara hitungan politik, kedua srikandi ini sangat dimungkinkan untuk dapat bersaing, bahkan mengungguli calon bupati laki-laki, apa lagi keduanya diusung oleh parpol yang dikenal selama ini mempunyai pendukung ideologis yang kuat dan mengakar,” tuturnya di Soreang, Kabupaten Bandung Jawa Barat, Kamis (2/7/2020).

Terutama untuk Hj. Kurnia Agustina Dadang Naser jelasnya, peluang untuk mengungguli calon lainnya sangat besar. Secara popularitas dan elektabilitasnya paling atas dan ini merupakan modal dasar untuk bisa memenangkan kontestasi dalam pemilukada nanti.

Menurutnya, kedua srikandi tersebut mempunyai keunggulan tersendiri sehingga bisa mendapatkan rekomendasi dari pengurus pusat partainya masing-masing. Seperti halnya Yena, pengusaha dan pengelola pendidikan di Bandung dan Kabupaten Bandung, akan lebih mudah diperkenalkan kepada khalayak , meski jejak rekam sumbangsihnya dalam penentuan kebijakan arah pembangunan di Kabupaten Bandung belum terlihat.

Berbeda dengan Teh Nia, biasa disapa, selama mendampingi suaminya sebagai Bupati Bandung, telah melakukan sesuatu dalam proses keberhasilan pembangunan di daerah ini, terutama sektor pendidikan anak usia dini (PAUD), Olahraga masyarakat dan program pemerintah yang terkait dengan kesetaraan gender.
” Ini merupakan nilai plus bagi Nia, Jadi sangat dimungkinkan pada 2021 Kabupaten Bandung akan dipimpin oleh Srikandi. Artinya masyarakat akan mempunyai ‘Indung’ dengan tata cara kelolanya akan lebih smooth tapi tegas, merujuk pada keseharian para Srikandi,” ujar Dadang.

Selama ini ujarnya, masyarakat Kabupaten Bandung tidak mempermasalahkan siapa pemimpinnya yang terpenting memiliki kapasitas dan kapabilitas, dari pada memperdebatkan jenis kelamin dan segala mitologi yang ada.

Menurut Dadang, lebih baik berbenah diri masing-masing tentang cara meningkatkan popularitas dan elektabilitasnya, karena puncak pemilukada akan ditentukan pada Desember nanti (2020- Red). “Dari sanalah bisa diketahui siapa yang layak menjadi kepala daerah,” pungkasnya. (nk)

dialogpublik.com