PEMERINTAH Kota Bandung bertekad membantu para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bidang kriya memasarkan produknya. Pasalnya, di saat pandemi Covid-19 ini, para pelaku UMKM mengaku kesulitan memasarkan produknya.
Hal itu ditegaskan Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana saat meninjau langsung tempat produksi kriya Cabaco Handcraft, Jalan Panutan IV No.20 RT.007 RW.009 Kelurahan Cipadung Kulon, Kecamatan Panyileukan dan T&T Pernique Craft, Cipaganti Graha II Tahap 1 No E-9, Jalan Ujungberung Indah Raya, Cigending, Kecamatan Ujungerung, Selasa (26/1/2021).
Di kesempatan itu, Yana menyerap sejumlah aspirasi yang disampaikan oleh para pelaku UMKM.
Dari aspirasi yang ada, Yana memastikan, Pemkot Bandung mendukung penuh UMKM yang di tengah pandemi Covid-19 masih terus berinovasi, berkreasi, dan semangat untuk berproduksi.
“Tadi kita diskusi menanyakan apa kesulitannya saat ini. Mudah-mudahan kalau teman-teman UMKM ini punya kesulitan, barang kali Dinas terkait bisa bantu,” katanya.
“Kalau seperti ini (handcraft) agak unik. Tadi disampaikan oleh Bu Teti (Owner T&T Pernique Craft) kendalanya juga pemasaran. Jadi seperti Pasar Kreatif yang digelar Dinas terkait itu sangat membantu untuk mengenalkan produk,” katanya.
Sementara itu, Owner Cabaco Handcraft, Firman Hamzah mengaku kesulitan menjual produk buatanya, seperti sepatu, dompet, dan sabuk ukiran dengan cara online dari media sosial dan e-commerce.
“Kendala saat ini itu pemasaran, sepi. Kalau handcraft itu terbantu pameran untuk meningkatkan penjualan. Pas pandemi itu tidak ada (pameran) jadi menurun,” katanya.
“Di online itu persaingan banyak, terus kita juga susah mengenalkan produknya. Kalau pas pameran buyer bisa liat sendiri hasil produknya seperti apa,” tambahnya.
Firman mengungkapkan, sebelum pandemi Covid-19 sudah memproduksi sepatu untuk dijadikan stok. Namun ketika Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berlangsung beberapa kali pada tahun 2020, produksi pun sempat dihentikan.
“Jadi pas itu (PSBB) kita hanya jual yang stok aja, produksi sebelum pandemi. Dari situ terasa sekali penurunan penjualan. Sehari kadang satu, bahkan kadang tidak ada,” ucapnya.
“Tapi sambil berjalan, kita juga belajar membuat handycraft yang lain seperti sabuk dan dompet ukiran. Kebetulan juga pas Disdagin (Dinas Perdagangan dan Perindustrian) mengadakan pameran jadi kita bisa pajang produk itu,” lanjutnya.
Ia berharap, Pemkot Bandung bisa memperbanyak lagi program seperti pameran untuk para pelaku UMKM. Karena dengan pameran, bisa mengenalkan produk lebih luas ke masyarakat.
“Kemarin saat pameran di Trans Studio Mall dan di Bali sangat membantu. Bisa menaikkan penjualan sama branding,” katanya.
“Awal tahun 2020 juga sebenarnya banyak programnya, tapi karena pandemi dan PSBB jadi gagal dan tertunda semua,” ucapnya.
Sedangkan Owner T&T Pernique Craft, Teti Herlina yang memproduksi aksesoris, home decor, dan bidang eco print pun mengalami hal serupa.
Saat awal pandemi Covid-19 terjadi, Teti terpaksa menghentikan tiga pegawai karena menurunnya produksi. Saat ini jika mendapat pesanan, Teti pun memanggil teman sesama pelaku UMKM di Saung Uber untuk membantu.
“Kendala utama itu di pemasaran. Karena dulu biasanya kita berkegiatan dari pameran ke pameran. Sekarang mal juga dibatasi, otomatis tidak mengadakan pameran,” katanya.
“Tahun kemarin kita juga difasilitasi, ada Pasar Kreatif. Alhamdulilah bisa menggelar produk,” lanjutnya.
Teti mengaku selama ini Pemkot Bandung melalui Dinas terkait sudah cukup membantu dalam hal pelatihan dan pemasaran. Namun ia berharap ke depan agar lebih banyak melakukan hal tersebut.
“Saya saat ini pemasaran utamanya di Instagram dan Facebook. Sedangkan e-commerce masih belum bagus. Untuk saat ini pesanan masih di dalam negeri seputaran Pulau Jawa, Kalimantan, dan yang lainnya,” katanya.
“Kalau pameran pernah ikut beberapa kali di luar negeri, di beberapa Kota di Asia, teman yang membawa produk saya. Alhamdulillah katanya ada pangsa pasar produk saya di sana,” ucapnya. (agg).