Teh Nia : “ PAUD Inklusif Harus Dihadirkan”

BUNDA Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kabupaten Bandung Hj. Kurnia Agustina Dadang M. Naser mengkritisi, keberadaan PAUD inklusif. Menurutnya, dari sekian PAUD yang ada, pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) dinilai masih sedikit.

Hadirnya PAUD inklusif sejatinya akan mendukung pembangunan SDM di Kabupaten Bandung. “Hadirnya PAUD inklusif tentu saja akan meningkatkan akses layanan pendidikan, khususnya untuk ABK. Karena pendidikan merupakan hak yang wajib didapat untuk seluruh anak, tanpa terkecuali,” ungkapnya saat menghadiri Sosialisasi dan Harmonisasi Bunda PAUD se Indoensia tahun 2019, di Hotel The Sultan and Residence Jakarta beberapa waktu lalu.

PAUD inklusif jelasnya, harus terbuka bagi siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, anak dengan kondisi tumbuh kembang normal, ABK ataupun perbedaan status ekonomi anak. Dia menambahkan, anak-anak mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam menentukan arah masa depan bangsa, salah satunya dengan mendapatkan pendidikan yang layak.

“Agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, saya harap PAUD inklusif juga dihadirkan sesuai dengan kebutuhan. Karena mereka adalah anak-anak kita yang berhak mendapat pendidikan layak,” harapnya.

Nia menambahkan, fenomena yang terjadi saat ini, masih ada anak usia dini dengan kecacatan/ hambatan belum terlayani pendidikannya dengan baik, karena selain masih dianggap sebagai kutukan, sekolah pun menolak ABK.

“Yang patut dibahas lebih lanjut saat ini, harus diperbanyak pendidik dan Kepala Sekolah PAUD yang terlatih untuk mengajar ABK, kemudian perlu dilakukan peningkatan pemahaman konsep dan pentingnya layanan pendidikan inklusiff oleh pengambil kebijakan. Semoga ke depannya akan ada sinergitas bersama untuk hal ini,” paparnya.

Kepala Seksi PAUD Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Kinkin Kornelia menyebutkan, pendidikan inklusif adalah sebuah pendekatan yang melihat bagaimana mengubah dan mengadaptasikan sistem pendidikan agar dapat merespon keberagaman peserta didik.

Tujuannya, agar guru dan peserta didik memungkinkan merasa nyaman dalam keberagaman sebagai tantangan dan pengayaan di lingkungan belajar. Keberagaman perbedaan bukan merupakan masalah untuk peserta didik, dalam mendapatkan pendidikan yang setara dan berkualitas.

“Di Kabupaten Bandung, tercatat 1.874 sekolah PAUD dengan 5.499 tenaga pendidik, yang aktif berkontribusi dalam hal pembangunan bidang SDM masyarakat. Namun memang PAUD inklusif masih dikembangkan lebih lanjut,” terang Kinkin.(Nk/Hen/Bas)

dialogpublik.com