Pengembangan Proyek Panas Bumi, Geo Dipa Buka Hutan Patuha Sekitar 2,82 H

UNTUK pengembangan proyek panas, PT. Geo Dipa Energi (Persero) akhirnya membuka lahan hutan konservasi sekitar 2,82 hektar di Gunung Patuha, Rancabali Kabupaten Bandung.

Demikian dikatakan General Manager Proyek Pengembangan Panas Bumi Patuha 2, Geo Dipa Energi Persero, Supriadinata Marza, saat ditemui di Patuha Resort KM.8 Ciwidey, Kamis (4/11/2021).

Menurutnya, untuk pengembangan proyek panas bumi, khususnya Patuha 2, pihaknya mengajukan Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) yang dimiliki oleh Perhutani.

“Pengeboran yang akan kami lakukan berdampak kepada pembukaan lahan, “jelasnya.

“Kami yakin, skenario untuk pembukaan lahan itu memperhatikan ekosistem, flora dan fauna. Jadi, akan tetap menjaga keutuhan lahan,” tambahnya.

Dia menambahkan, sebagai lahan pengganti lahan hutan yang digunakan proyek panas bumi, Geo Dipa memberi kompensasi dua kali lipat dari luas lahan yang dipakai.

“Kami akan melakukan pembebasan lahan sebagai lahan kompensasinya sekitar 5,64 hektar, itu di kawasan Desa Sugihmukti, Pasirjambu, Kabupaten Bandung,” ungkapnya.

Dikatakan Marza, pengerjaan proyek panas bumi Patuha 2 dimulai tahun ini, dari pengeboran hingga pembangunan fasilitas PLTP nya.

Sementara untuk kegiatan komersil, lanjutnya,mulai beroperasi pada 2024.

“Proyek panas bumi yang dilakukan Geo Dipa Energi, bertujuan untuk menambah kapasitas listrik dan ketahanan energi nasional. Listrik yang akan di salurkan 55 megawatt net, produksinya 400 gigawatt hours per tahun, itu yang akan disalurkan ke PLN,” ungkap Marza.

Sementara menurut Pegiat lingkungan, Eyang Memet, mengaku, melakukan pengecekan terhadap lahan pengganti yang menjadi kewajiban oleh PT Geo Dipa Energi.

Jika tidak ada lahan pengganti, maka pihaknya akan melakukan penolakan terhadap proyek panas bumi tersebut

“Tetapi terjawab sudah pada tanggal 27 itu ada rekomendasi Bupati bahwa akan ada lahan pengganti,” kata Eyang.

Pihaknya, telah mencatat dan mencermati mengenai keaneragaman hayati yang ada di lahan proyek tersebut. Itu untuk mengetahui tanaman apa saja yang bisa diselamatkan.

“Dari mulai tanaman vegetasi berkayu sampai lantai bawah hutan tersebut. Kalau berbicara tentang keanekaragaman hayati tentang potensi vegetasi tidak akan sampai hilang,” pungkasnya. (nk)

dialogpublik.com