Haerudin, S.Ag., MH : Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan

SEJAK dahulu, umat Islam baik ulama maupun santri sudah menegaskan bahwa mereka ambil bagian dalam NKRI. Bukan hanya itu, umat Islam menegaskan komitmennya bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 itu sudah final dari perjuangan umat Islam.

Sehingga ada pesan yang tersampaikan bahwa eksistensi NKRI tidak boleh ditawar lagi dan tidak boleh diganti lagi. Maka itu, disinilah peran umat Islam harus berdiri tegak mengawal NKRI.

“Jangan sampai membiarkan sedikitpun paham radikal dan terorisme yang mengancam keberadaan NKRI. Sebab, hal tersebut sama sekali tidak sesuai dengan misi Islam yang rahmatan lil ‘alamiin,” tegas anggota MPR RI, Haerudin, S.Ag., MH saat pemaparan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Aula Pesantren Persatuan Islam (PPI) No 160 Leles Kab Garut, Rabu (18/09/2019).

Acara yang digagas pengelola Pondok Pesantren Persis No 160 Leles Kab Garut ini mendapat animo yang cukup tinggi pasalnya sebanyak 150 orang baik tamu undangan dari tokoh masyarakat, tokoh agama juga tak ketinggalan santriwan dan santriwati hadir memenuhi ruang acara.

Diterangkannya, dalam awal sejarah perlawanan terhadap penjajah di Nusantara, yang dilakukan oleh kalangan umat Islam, terhitung sejak pengusiran Portugis dari Malaka yang dilakukan oleh Sultan Demak Adipati Unus pada tahun 1521, sejak saat itu kalangan umat islam terlebih santri selalu melakukan perlawanan terhadap penjajah. Terlebih pasca KH. Hasyim Asy’ari mengguncang Indonesia dengan fatwanya yang fenomenal pada 22 Oktober 1945, yakni resolusi jihad. Resolusi hasil musyawarah para kiai se-Indonesia yang berisi seruan agar para pejuang bertahan dan berdaulat sebagai bangsa dan negara. “Membela tanah air dari penjajah hukumnya wajib.”

“Karenanya, mempercayakan keutuhan NKRI kepada umat Islam dan santri di dalamnya bukanlah menjadi hal yang keliru,” tegas Haerudin yang kembali terpilih sebagai anggota DPR RI periode 2019-2024 dari Dapil Jabar XI meliputi Kab. Garut, Kota dan Kab. Tasikmalaya.

Legislator Fraksi PAN ini pun menilai Pancasila merupakan sebuah rumusan yang merujuk pada norma-norma sosial yang hidup di masyarakat Indonesia sejak masa lampau. Selain itu, lanjutnya tiap sila dalam Pancasila juga terkandung nilai-nilai keagamaan, dalam hal ini Islam, sebagaimana tertuang dalam Alquran. Oleh karena itu, jika mengatakan bahwa Pancasila bertentangan dengan Islam adalah tidak tepat.

“Berdasarkan kajian tekstual dan sejarah maka tidak perlu ada keraguan untuk mengatakan Islam adalah Pancasila, Pancasila adalah Islam. Silakan kaji teks tiap sila Pancasila. Tentang ke-esaan Tuhan, misalnya, itu adalah tiang utama ajaran agama Islam. Islam juga mengajarkan tentang pentingnya kemanusiaan dan kemuliaan ahlak, persatuan atau ukhuwah, musyawarah, dan keadilan sosial. Itulah yang merupakan inti pada masing-masing sila, dan semuanya dikatakan dalam banyak ayat Alquran,” paparnya.

Dari keterkaitan itulah yang turut mewarnai proses kelahiran Pancasila di sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 1945 silam.

“Bahasa dalam Pancasila banyak terkandung bahasa Al Qur’an melalui penyerapan kata dari dari bahasa Islam ke bahasa Melayu dan menjadi bahasa pancasila. Yang hari ini terkenal sebagai ideologi dan falsafah negara,” ujarnya.

Maka, sambungnya, sebagai bangsa yang pernah melibatkan ulama dan santri dalam perjuangan kemerdekaan dan memahami karakter santri, agar jangan ibarat kacang yang lupa sama kulitnya. Menenggelamkan kontribusi umat Islam dalam membela kemerdekaan lantaran sebagian kelompok Islamofobia atau anti-Islam.

“Bangsa ini patut bangga memiliki pondok pesantren yang dapat melahirkan santri-santri bermoral, beretika, dan jiwa nasionalisme yang tinggi,” tuturnya.

Ditegaskannya juga, umat Islam Indonesia bukanlah sebagai penumpang di negeri ini, tetapi justru keberadaannya sebagai pemilik resmi negara Indonesia. Oleh karena itu perlu pemahaman dan sikap yang utuh dari kalangan umat Islam terhadap eksistensi NKRI.

“Nilai-nilai Pancasila diambil dari nilai dan ajaran Islam, oleh karena itu tidak perlu mempertentangkan lagi Islam dan Pancasila. Karena pancasila dirumuskan juga oleh tokoh-tokoh Islam. Sebagai contohnya, lambang burung Garuda diciptakan oleh Sultan Hamid II,” pungkasnya.

Tampak hadir pada kesempatan itu, Pimpinan Cabang Persis Leles, Ust Dadang Ruswandi, Mudir ‘Am PPI No 160 Leles, Ust Saefullah, Ust Didih Abdul Fatah serta tamu undangan lainnya. (***)