Tradisi Dlugdag di Keraton Kasepuhan

TRADISI Dlugdag di Keraton Kasepuhan Cirebon merupakan tradisi yang turun menurun sejak abad ke 16 silam (1678). Tradisi “Dlugdag” ini kata Mustaqim Asteja pemerhati sejarah dan budaya Cirebon, adalah kegiatan jama’ah masjid memukul bedug menandai masuknya bulan Suci Ramadhan sekaligus mengingatkan kepada masyarakat agar dapat segera mempersiapkan diri, baik lahir maupun bathin dakam menyambut dan melaksanakan ibadah Puasa dan serangkaian amalan ibadah lainnya selama bulan Suci Ramadhan, tuturnya saat diwawancarai melalui selulernya Minggu petang (5/5/2019).

Prosesi “dlugdag” dimulai siang hari pukul 14.30 WIB, diawali berkumpulnya para penghulu wargi dan para jama’ah di dalem arum menuju langgar agung di iringi lantunan hadroh dilanjutkan solat tahiyatul masjid pukul 15.00 kemudian adzan ashar, solat sunat ashar, qomat, solat ashar berjama’ah ditutup dengan doa dipimpin Imam.

Prosesi selanjutnya para jama’ah menuju bedug diberanda mesjid lalu melakukan penabuhan bedug secara bergantian selamas 1 jam diiringi lantunan hadroh di langgar agung. Acara dlugdag ini di tandai pula bancakan yang selanjutnya Gss menuju dalem arum seraya diiringi lantunan hadroh, terang dia.

Lebih jauh dikatakan, dalam Catatan Sejarah setempat Keraton Kasepuhan Cirebon yang sekarang, mulai ada tahun 1677, meskipun sebelumnya ditempat ini ada keraton Pakungwati yang dibangun tahun 1529. Sedangkan bangunan Awal Dalem Agung Pakungwati dibangun oleh Pangeran Cakrabuana sekitar tahun 1452.

Konon menurut sumber yang layak dipercaya, hingga saat ini belum ada sejarah yang jelas tentang tradisi ini. Namun sejak agama Islam berkembang dan masuk di Indonesia, khususnya di Cirebon Jawa Barat, Bedug dikalangan umat Islam merupakan media atau alat suara/musik yang digunakan sebagai pertanda mengawali masuknya waktu sholat sebelum dikumandangkannya adzan.

Dalam tradisi ‘dlugdag’ atau ‘drugdag’ ini yang digunakan adalah cungkup bedug yang berada di Langgar Agung Keraton Kasepuhan Cirebon, bukan di Masjid Agung Sang Ciptarasa (yang dibangun sekitar tahun 1498 M). Dalam kaitan itu, maka patut diduga tradisi Dlugdag mulai dilaksanakan pada masa pemerintahan Sultan Sepuh ke 1 yakni, Sultan Samsudin Martawijaya (tahun 1678-79). Kebenaran sejarah singkat tradisi ini, kata Mustaqim Asteja Wallahu ‘alam bisshawab, pungkasnya (H WAWAN JR)

dialogpublik.com