GUNA meningkatkan kualitas pasar tradisional, PD Pasar Bermartabat mempelajari pengelolaan dan pengembangan pasar dari Kota Surakarta (Solo). Pada studi tiru ini, PD Pasar Bermartabat mengunjungi sejumlah pasar di Solo.
Pjs Direktur Utama PD. Pasar Bermartabat, Lusi Lesminingwati menyatakan, keunggulan pasar di Kota Surakarta ini yakni mampu menghadirkan pelayanan optimal. Hal tersebut berkenaan dengan fasilitas dan infrastruktur dasar yang disediakan oleh pasar tradisional.
“Di sini sebagian besar pasar sudah bisa memberikan kenyamanan bagi penjual dan pembeli. Ini PR (pekerjaan rumah) kami. Kalau dari segi bisnis sama saja. Tetapi dari sisi pelayanan, mereka dapat memberikan kenyamanan bertransaksi di pasar. Betul-betul harus kita adopsi,” ucap Lusi di Pasar Klewer, Kota Surakarta, Kamis (12/9/2019).
Tiba di Kota Surakarta pada Rabu (11/9/2019) siang, rombongan langsung mengunjungi Pasar Tanggul. Pasar ini baru saja mendapat penghargaan pasar tradisional ramah difabel di tingkat nasional.. Kendati sebagai pasar tradisional, namun Pasar Tanggul sudah dilengkapi dengan eskalator yang secara khusus juga mampu digunakan bagi kaum difabel.
Selain itu, Pasar Tanggul juga memiliki lingkungan yang bersih dengan fasilitas pengomposan terpisah secara mandiri. Pemberlakuan zonasi pedagang dengan memisahkan antara pedagang keringan, barang basahan dan area khusus daging.
“Konsep pasarnya simpel, tidak harus mewah. Tetapi kebersihan dan zonasi pedagang menjadi bisa salah satu masukan buat kami mengelola pasar di Kota Bandung ke depannya,” ujarnya.
Di Pasar Tanggul ini juga sudah menerapkan sistem penarikan retribusi mandiri secara elektronik, yang dinamai e-retribusi. Para pedagang membayar iuran bulanannya menggunakan kartu elektronik langsung pada mesin tapping yang tersedia di pasar, sehingga tidak harus menggunakan uang tunai serta menghindari pungutan liar.
Lusi menyatakan, keberadaan e-retribusi ini selaras dengan konsep yang tengah dikembangkan oleh PD. Pasar Bermartabat. Inovasi bernama e-pasar yang sedang dipersiapkannya mampu memberikan pelayanan lebih luas, tidak hanya pembayaran iuran saja.
“Jadi termasuk kami juga akan menghadirkan seperti yang di sini (Solo) namanya e-retribusi. Kita akan kembangkan e-pasar, salah satunya e-retribusi dan pelayanan lain berbasis teknologi. Karena di sini banyak transaksi sudah mulai disentuh oleh teknologi,” jelasnya.
Studi tiru lantas berlanjut ke Pasar Klewer pada Kamis (12/9/1019). Selain soal kebersihan dan kerapihan tata letak kios pedagang, PD Pasar juga mempelajari lingkungan yang steril dari Pedagang Kaki Lima (PKL).
“Jadi ada beberapa aturan yang mem-back up terkait pengelolaan pasar. Khususnya menjdi isu kita bersama yaitu PKL. Jadi aturan yang memang harus kita adopsi terkait pengelolaan pasar di Solo,” tegasnya.
Lusi mengungkapkan, terkait penanganan masalah PKL ini memerlukan kerja sama berbagai pihak, terutama para PKL. Namun Lusi bersyukur, di Kota Bandung sudah memiliki tim khusus yakni Satgasus PKL. Sehingga tinggal penguatan koordinasi serta di topang dengan regulasi yang kuat.
“Karena memang ada karakter PKL yang tidak mau diajak untuk masuk (ke kios pasar) dan hanya mau terus jadi PKL. Harapannya PKL yang ada di lingkungan pasar bisa masuk ke pasar yang kita miliki. Ini butuh kerja sama dari seluruh pihak selain sosialisasi dan penegakan aturan. Mudah-mudahan kalau PKL-nya mau bekerja sama dengan aturan dan standar yang kita kembangkan, Insyaallah bisa meningkatkan derajat dari PKL itu sendiri,” bebernya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana yang ikut mendapingi rombongan PD Pasar Bermartabat ini langsung diterima oleh Wakil Wali Kota Surakarta, Achmad Purnomo. Yana mengaku, Kota Bandung ingin mempelajari kesuksesan Pemkot Surakarta dalam menyulap pasar tradisional menjadi lebih moderen dan nyaman.
“Kami mendengar pasar di sini memiliki kualitas baik. Kami ingin mempelajarinya. Saya harap bisa mendapat banyak referensi untuk diadopsi di pasar tradisional di Kota Bandung,” aku Yana.(DP)