Tabungan Terkuras Demi Bertahan Hidup Ditengah Pandemi

PANDEMI covid 19 berdampak pada seluruh sendi kehidupan manusia, tidak hanya dunia pendidikan, pariwisata dan dunia hiburan tetapi perekonomian masyarakat pun nyaris lumpuh. Akibat wabah virus yang mendunia tersebut sangat dirasakan, terutama oleh para pedagang ekonomi lemah, yakni pemilik warung-warung kecil atau pedagang di pasar tradisional.

Wabah Covid 19 sudah berlangsung hampir setahun, mulai mewabah di Indonesia, termasuk Kabupaten Bandung sejak Maret kemarin, dampak  cukup besar dialami kaum buruh, pedagang warungan dan pasar tradisional. Dengan sulitnya menjual hasil industri, ribuan buruh kena PHK yang turunnya daya beli masyarakat. Akibatnya perekonomian masyarakat kian lesu, pedagang terutama di pasar tradisional lebih banyak melamun dari pada melayani, akhirnya omzet penjualan menurun drastis.

“Pendapatan menurun hampir 30 persen. Sepertinya masyarakat  pelanggan yang jualan di warung juga mengurangi jumlah pembelian, karena aktivitas juga dibatasi akibat adanya virus Corona,” Kata Saeful, salah seorang pedagang sembako di Pasar Patrol Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung, Selasa (15/12/2020).

mulyani
Mulyani

Untuk bertahan hidup dan menambah modal dagang, pria paruh baya ini akhirnya mengambil dana tabungannya di bank. Padahal tabungan itu dia persiapkan untuk masa depan.

Sebenarnya  menurut Eful, biasa disapa, saat pemerintah menetapkan Kabupaten Bandung masuk Adaptasi kebiasaan Baru (AKB) atau Bahasa kerennya new normal,  pasar  sempat kembali ramai, namun situasi itu tidak berlangsung lama. Setelah pasar ditutup karena ada yang terpapar Covid 19, hingga saat ini sepi pengunjung. Apalagi dengan perkembangan kasus Covid 19 di Kabupaten Bandung trandnya naik terus, ekonomi masyarakat pun kian menurun.

Padahal jelas Eful, relatif normal. Kecuali menjelang pergantian tahun, biasanya suka ada sebagian barang yang naik “Pasokan barang-barang lancar, stoknya melimpah, tapi pembelinya yang kurang. Biasanya jualan sampai sore, sekarang siang sudah banyak pedagang yang tutup,” imbuhnya.

Kondisi seperti itu diakui Kusnadi, pemilik warung di Kampung Cantilan Rt 01/Rw12 Desa Jelegong, kec kutawaringin. Menurutnya, omzet warungnya menurun drastis. Biasanya warga yang tinggal dekat Stadion si Jalak Harupat, bila belanja ke pasar bisa membawa uang lebih dari satu sampai dua juta.

“Tapi sekarang jangankan bawa uang segitu, di warungnya juga paling dapat dua sampai tiga ratus ribu rupiah jauh sekakali turunnya. Jadi untuk tambahan modal dan biaya makan keluarga ditutupi dengan dana celengan yang ada di rumah,” ujarnya lirih.

Hal serupa diungkapkan, Mulyani, pedagang sembako di warung tradisional di Komplek Rusunawa Jatisari, Kec. Kutawaringin. Nenek dengan satu orang cucu ini mengaku, sejak pandemi covid 19 melanda kabupaten dengan 31 kecaatan ini, omzetnya turun hingga 60 persen, akibat sepinya pembeli.

Padahal menurut Mulyani, harga sembako  relatif terjangkau karena tidak ada yang naik dengan signifikan. Namun, pembeli justru mengurangi kuantitas pembeliannya. “Harapannya, masyarakat bisa kembali belanja normal di warung tradisional, memang pandemi ini sangat berdampak bagi kami para pedagang warung tradisional,” pungkasnya. (bas)

dialogpublik.com