Setiap Pekan Pendaki Memadati Gunung Ciremai

RATUSAN pencinta alam dan komunitas pendaki dari berbagai daerah setiap pekan memadati Gunung Ciremai untuk menaklukan gunung tertinggi di Jawa Barat (3078 Km MDPL).

Para pecinta alam dan komunitas pendaki dari berbagai daerah itu, menyambut Gembira dengan dibukanya kembali jalur pendakian gunung Ciremai sejak 30 Desember 2019. Kebijakan itu berdasar pada surat Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) yang ditanda tangani Kepala BTNGC Kuswandono nomor PG.27/T.33/TU/ KSA/12/2019 perihal dibukanya kembali jalur pendakian gunung Ciremai melalui jalur Apuy, Linggasana, dan jalur Palutungan. Namun jalur pendakian Linggarjati, sementara di-tutup sampai ada pemberitahuan lebih lanjut.

Aktivis Anak Rimba (AKAR) Noeryaman menuturkan, dibukanya kembali jalur pendakian itu menyusul terjadi kebakaran gunung Ciremai beberapa bulan silam. “Sementara itu, pihak BTNGC menutup sementara jalur pendakian gunung Ciremai tersebut, dengan tujuan demi menjaga keselamatan dan keamanan para pendaki”, paparnya Kamis (30/1/2020).

“Jumlah pendaki dibatasi dan harus sesuai dengan kuota sebanyak 497 orang. Mereka tidak boleh lebih dari tiga hari dari mulai start perjalanan menuju puncak gunung dan saat ‘turun gunung’ Daya tempuh dari posko Palutungan berkisar antara 7 sampai 9 jam. Tapi bagi pendaki yang sudah terbiasa bisa lebih cepat”, ujarnya.

“Mereka (pendak- redi) wajib ada keterangan sehat dari dokter atau paling tidak ‘klinik’ kesehatan. Seperti di posko Palutungan selalu siaga bagi pendaki yang belum cek kesehatan”, tuturnya Baron.

Sejumlah pendaki asal kota Cimahi jabar, saat berada di Posko Palutungan menuturkan, Gunung Ciremai memiliki kelebihan jika dibanding dengan gunung lain yang ada di Jabar, “selain memiliki ketinggian 3.078 Km mdpl juga route pendakian cukup seru dan menantang”, ujar Marni salah seorang pendaki.

Kesan yang sama di-sampaikan pendaki asal Tanggerang Maman Sutria, “kami rindu Gunung Ciremai, gunung ke-banggaan masyarakat Jawa Barat yang harus kita jaga kelestariannya, seraya bersiap mendaki bareng kelompoknya”. (H WAWAN JR).