SEDIKITNYA 500 siswa taman kanak-kanak (TK) dari 28 cabang Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI), Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Bandung, mengikuti Lomba Kreativitas ‘Menghias Topiku’.
Kegiatan melalui video conference itu, berlangsung dua hari (8 –9 Mei 2020). Bunda Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kabupaten Bandung Hj. Kurnia Agustina Dadang M Naser mengatakan, selain mengasah kreativitas, lomba tersebut juga mengajarkan siswa untuk jujur dalam berkompetensi. Sehingga, karya yang dibuat merupakan murni kreativitas siswa.
Teh Nia, biasa disapa meminta, seluruh tenaga pendidik untuk tidak menjadikan wabah covid-19 sebagai penghalang untuk tetap kreatif dan inovatif.
“Hari ini kami menjadi saksi, bahwa di tengah pandemi para guru yang tergabung dalam IGTKI tidak berhenti belajar dan terus mengisi hari-harinya dengan kegiatan yang positif. Apresiasi yang sangat luar biasa atas terselenggaranya kegiatan ini,” ujarnya melalui saluruan teleconference, Sabtu (9/5/2020).
Selain orang dewasa ungkapnya, merebaknya covid-19 juga berdampak terhadap anak-anak. Hal tersebut dibuktikan dari adanya laporan terkait kasus kekerasan terhadap anak.
“Kami mendapat beberapa laporan terkait kekerasan yang menimpa anak-anak, khususnya anak perempuan. Kekerasan ini terjadi karena efek dari covid-19, dimana sang ayah harus dirumahkan dari pekerjaannya serta ibu merasa pusing karena tidak ada uang bulanan. Akhirnya, anaklah yang menjadi sasaran pelampiasan,” jelasnya
Teh Nia juga sempat mendengarkan aspirasi pelajar melalui webinar (seminar online) yang diselenggarakan Forum Anak Daerah (FAD) Kabupaten Bandung.
“Beberapa waktu lalu, melalui webinar yang diselenggarakan FAD Kabupaten Bandung, kami mendengarkan curhatan para pelajar di tengah pandemi. Yang menarik lagi, webinar ini tidak hanya untuk anak-anak Kabupaten Bandung saja, melainkan anak-anak seluruh Indonesia,” imbuhnya.
Teh Nia menuturkan, dalam waktu dekat pihaknya juga akan menyelenggarakan webinar tentang exercise (olahraga) di tengah pandemi. “Saat ini banyak anak yang merasa frustasi. Dari yang tadinya aktif, tapi sekarang terpaksa harus diam di rumah. Dengan menggandeng teman-teman penggiat olahraga, kami mengajak masyarakat untuk berdiskusi tentang gerak tubuh atau exercise di tengah keterbatasan, seperti stay at home,” paparnya. (nk)