APA hubungannya Keramik yang terbuat dari tanah liat atau terbuat dari lumpur tanah dengan makanan tradisional Dodol ?. Memang tidak ada kaitannya. Kalau keramik terbuat dari tanah liat atau dari lumpur tanah yang diolah menjadi gerabah dan dipakai untuk pot atau pas bunga sebagai hiasan dirumah, sedangkan Dodol adalah makanan tradisional.
Sebelum pada inti membicarakan “Dodol Bedebah” ada baiknya mengetahui macam-macam makanan tradisional di Indonesia. Ada Dodol Garut dari Jawa Barat, Dodol Betawi dari Jakarta, Dodol Durian dari Palembang Sumatera Selatan, Dodol Bali, Dodol Apel Malang dari Jawa Tengah dan Dodol China.
Dodol merupakan salah satu makanan tradisional yang mudah dijumpai di beberapa daerah di Indonesia. Dodol memiliki rasa manis gurih, berwarna cokelat, tekstur lunak, digolongkan sebagai makanan semi basah. Produk olahan dodol pastinya digemari oleh masyarakat, karena memiliki variasi rasa dan harganya pun terjangkau isi kantong.
Hanya saja ketika makan dodol harus hati hati karena suka lengket di gigi. Jadi bagi yang pakai gigi palsu sebaiknya waspada, nanti malah tertelan bersama gigi plasu. Sebab, rasa Dodol bisa membuat orang lupa saking enaknya.
Sedangkan Keramik, terbuat dari tanah liat atau lumpur tanah menjadi gerabah setelah dibakar panas pada suhu tertentu hasilnya bisa dipakai untuk alat-alat dapur. Ada pula Tembikar, barang yang berasal dari tanah liat juga dibakar dan berlapis gilap.
Keramik dari Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat bisa dilhat dan diperoleh di Desa Anjun, Kecamatan Plered sebagai home industry. Disana, masyarakat setempat kebanyakan punya usaha memproduksi keramik, gerabah seperti guci, celengan, pot, lampu taman, vas bunga, hiasan dinding, dan lain lain ada disana.
Salah satu pengrajin Keramik Plered di Desa Anjun, Kecamatan Pelred, Kabupaten Purwakarta bernama Ajang Udung, pria kelahiran tahun 1960 ini malah terkenal dengan sebutan “Dodol Bedebah”. Oooo….kirain apa?
Apa istimewanya orang ini, iya kan ? Wartawan dialogpublik.com berhasil menemui Ajang Udung dan mengorek misteri dari bapak dua anak ini mengapa dia dipanggil dengan sebutan “Dodol Bedebah”, di bangsal produksi keramiknya, Sabtu (16/01/2021).
Salah satu pengrajin keramik di Desa Anjun Pelred yang berhasil mengembalikan kejayaan Keramik Plered ini setelah kalah bersaing dengan pruduk produk keramik dari daerah lain di Indonesia bahkan dari Negara Malaysia yang pernah belajar Keramik dari Plered saat Pendana Menterinya dipimpin oleh Mahatir Muhamad berkunjung ke Plered pada masa kepemimpinan Bupati Purwakarta saat itu, Bunyamin Dudih, SH.
Menurut pengakuan Ajang Udung mengapa dia disebut dengan panggilan Dodol, “Mungkin karena saya kalau bergaul dengan orang lain, orang itu jadi lengket dengan saya kaya Dodol, jadi we ngaran teh katelahna Dodol,”akunya.
Kalau nama Bedebah, ceritanya bagaimana ? “Saya itu anak nomor dua dari tiga bersaudara. Semuanya laki laki. Diantara saudara saudara saya yang paling bandel dan nakal itu saya, bahkan suka melawan kepada siapa saja termasuk kepada orang tua. Lantas ada yang menyebut dasar anak Bedebah,”kata Ajang Udung sambil tersenyum mengenang lebih sohor nama panggilan sehari hari ketimbang nama asli pemberian orang tuanya yang justru dikemudian hari nama “Dodol Bedebah” membawa hoki kesuksesan.
Kesuksesan itu bisa dibuktikan selain produksi Keramik buatannya sempat booming dan masih jadi andalan produksinya dengan menciptakan produk baru jadi seperti barang antik juga mampu menyekolahkan anak sulungnya belajar ke negeri Sakura Jepang, “Sempat booming ketika saya berinovasi membuat barang baru dibikin antik ternyata diminati oleh eksportir keramik. Nama produk itu Titanic Colour dan dikirim oleh eksportir keramik ke benua Amerika dan benua Eropa,”kisah Dodol Bedebah eh Ajang Udung. (jainul abidin)