Pesiden RI Joko Widodo Resmikan Terowongan Nanjung di Curug Jompong

PEMBAMGUNAN infrastruktur banjir, tidak berarti menghilangkan bencana tersebut. Karena genangan tetap ada, hanya terjadi percepatan surut serta berkurangnya luas.genangan.

“Terowongan dan pembangunan infrastruktur pengendalian banjir, tidak berarti menghilangkan banjir sama sekali. Genangan tetap ada, namun terjadi percepatan surut dan pengurangan luas terdampak,” ucap Bupati Bandung, Dadang M Naser pada peresmian Terowongan Nanjung di Curug Jompong, Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (29/1/2020).

Terowongan Nanjung diresmikan Pesiden RI, Joko Widodo yang dilanjutkan dengan Penandatanganan Kontrak Hasil Tender Dini Tahun Anggaran 2020, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta penanaman di DAS Citarum Kawasan Curug Jompong.

Dadang menambahkan, pembangunan terowongan kembar itu, berdampak signifikan dalam pengendalian banjir Bandung Selatan.

curuk1Sebelumnya, di Kecamatan Dayeuhkolot, Baleendah dan Bojongsoang wilayah yang terendam seluas 490 hektar. Saat ini setelah dibangunnya terowongan air luas genangan tinggal 80 hektar.

“BPBD melaporkan, dari sekitar 159 ribu kepala keluarga (KK) yang. terdampak banjit, kini tinggal 77 ribu KK saja. Dan semalam, kami meninjau posko pengungsian di Gedung Inkanas Baleendah, tidak sepadat tahun lalu,” terangnya.

Dinamisasi banjir tahun ini, juga berbeda dengan sebelumnya. Dia mengatakan, ada pengungsi yang lima hari bulak balik ke rumahnya dan tidak menetap di pengungsian.

“Banjir dan surut silih berganti. Di area cekungan Bandung hujannya kompak. Kota Bandung, Cimahi, Sumedang, sebagian wilayah Garut, termasuk kawasan Gunung Wayang juga hujan merata. Ini mengakibatkan penampang Citarum berat,” tuturnya.

Dadang menjelaskan, konsep awal membangun terowongan untuk mempercepat aliran Sungai Citarum saat musim hujan. Serta menjaga genangan tetap ada, dari Curug Jompong sampai Baleendah.

“Biasanya saat hujan banjir dan kemarau air tidak ada, karena semuanya mengalir. Terowongan ini fungsinya mengendalikan air di dua musim itu,” jelasnya pula.

Dadang memaparkan, Pemkab Bandung telah berupaya mendukung program pengendalian banjir Bandung Selatan, yakni dengan membebaskan lahan untuk memunculkan kembali situ yang hilang.

“Situ Kamojang yang dulu sudah dimiliki masyarakat dan bersertifikat, kami beli seluas 10 hektar. Kemudian kita beli seluas 5 hektar, yaitu situ atau kolam retensi yang ada di Cidawolong Biru Majalaya. Satu lagi di Cikasungka Soreang, kita sudah belanja lahan seluas 3,5 hektar. Mudah-mudahan bisa sampai 4 atau 5 hektar,” tambahnya.

Upaya tersebut direspon PUPR untuk pengerjaan fisiknya. Sementara pengerjaan yang akan diselesaikan di tahun 2020 ini adalah Kolam Retensi Andir.

“Saya minta, bukan sekedar kolam retensi, tapi danau. Sekalian jadi cadangan air baku sebagai persiapan musim kemarau, baik untuk wilayah abupaten Bandung sendiri, maupun Kota Bandung, Cimahi dan sekitarnya,” pungkas Dadang.(nk)