Pendaki Gunung Lawu Diduga Terserang Hipotermia, Dievakuasi Tim SAR

SEORANG pendaki wanita asal Surabaya diduga terserang hipotermia saat melakukan pendakian Gunung Lawu (3.265 M/dpl) lewat jalur Singolangu, Kecamatan Plaosan, Magetan, Jawa Timur, Jumat malam (18/6). Korban diketahui mulai mengalami gejala sakit saat menjejakkan kakinya di Pos 3, atau dikenal dengan Pos Cemaran berketinggian sekitar 2.000 meter/ dpl.

Sumber di Palang Merah Indonesia (PMI) Magetan menyebutkan, saat baru sampai di Pos 3, dari lima pos yang harus dilalui pendaki untuk mencapai Puncak Lawu (Hargo Dumilah), pendaki wanita bernama Desta, 20 tahun, yang saat itu bersama 14 rekan grup pendakiannya tiba tiba mengeluhkan gejala acute mountain sickness (AMS) seperti pusing, mual dan sesak nafas. Terlebih saat itu cuaca di atas Gunung Lawu terguyur hujan, dengan suhu dingin kisaran 20 derajat selsius.

Pertolongan darurat kepada korban dilakukan rekan rekannya, dengan membubuhi obat gosok dan selimut guna menjaga suhu badan korban. Namun tidak membuahkan hasil, hingga beberapa pendaki turun meminta bantuan petugas yang standby di Pos 1.

Akhirnya korban yang masih dalam keadaan sadar namun terdiam itu, dievakuasi Tim SAR gabungan. Relawan kemanusiaan yang terlibat evakuasi korban, PMI, Hanom Hancala, PPM, Relawan 24 serta masyarakat setempat langsung menandu korban turun ke Pos 1.

“Proses evakuasinya repot dan sulit sekali, Mas. Soalnya suasana gelap dan turun hujan lagi. Kami secara bergantian menandu korban, dan memakan waktu sangat lama untuk sampai di Pos 1,” tutur Kirman, personil PMI, kepada jurnalis, Sabtu (19/6/2021).

Digambarkan Kirman, evakuasi korban memakan waktu hingga 9 jam lantaran jalan setapak yang dilalui licin oleh air hujan. Sehingga para relawan tidak mungkin bisa berjalan cepat atau setengah berlari, lantaran takut terpeleset dan memperparah kondisi korban.

Korban akhirnya selamat dan bugar kembali setelah dilakukan perawatan oleh relawan di camp POS 1. Meski demikian relawan belum memperbolehkan korban kembali pulang ke rumahnya, dikhawatirkan terjadi sesuatu mengingat kesehatan korban belum pulih betul.

Tanggung jawab kemanusiaan para relawan dalam mengamankan korban, tergambar dengan berpatungan guna menyewa kamar untuk istirahat korban. “Kami juga sudah menghubungi pihak keluarga korban di Surabaya, agar segera mengetahui dan menyusul kemari,” jelas Tim SAR.

Namun sayangnya, belasan rombongan pendakian yang lain tetap melanjutkan pendakian. Meski sebenarnya, dalam etika pendakian dan pecinta alam jika mendapati anggotanya yang jatuh sakit maka pendakian dibatalkan. (fin)