MENJADI guru pada era revolusi industri 4.0 ini, memiliki tanggung jawab lebih terhadap persiapan anak didik agar mampu menghadapi perubahan yang revolusioner berbasiskan kemajuan teknologi.
Secara eksplisit dalam Undang-Undang No.14/2005 tentang Guru dan Dosen bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah, tetapi juga menguasai teknologi yang mendukung pembelajaran secara daring.
Istilah guru Milenial kerap dikaitkan dengan sosok yang mengikuti perkembangan era digitalisasi dengan kemampuan berteknologi yang mumpuni. Namun dilain hal, terkadang istilah tersebut juga merujuk kepada guru-guru yang mampu beradaptasi dengan baik kepada anak didiknya dalam segi ikatan emosional dan keakraban pada proses pembelajaran, sehingga antara guru dan peserta didik tidak terdapat jarak yang renggang, yang nantinya diharapkan peserta didik tersebut dapat berbagi atau sharing informasi layaknya teman sejawat.
Secara umum guru milenial atau guru yang lahir pada 1980-1995 (generasi milenial/generasi z) akrab dengan teknologi karena mereka tumbuh pada era perkembangan teknologi. Sementara anak didik mereka umumnya lahir dan tumbuh bersama kemajuan teknologi (generasi z, lahir 1995-2010).
Dalam konteks pendidikan, pemahaman tentang karakteristik setiap generasi merupakan hal yang diperlukan karena hal tersebut menentukan bagaimana strategi pendidikan yang efektif kepada para siswa. Tujuannya tidak sekadar capaian akademik dan pedagogik siswa, tetapi juga bagaimana proses pendidikan dapat menumbuhkan karakter dan kecintaan siswa terhadap aktivitas belajar. Saat ini, sebagian besar dari Gen Z berada pada usia sekolah. Ini berarti, penyesuaian sistem belajar dalam ruang-ruang pendidikan kita harus mempertimbangkan karakteristik Gen Z agar sesuai dengan kebutuhan mereka tanpa mengesampingkan minat dan habituasi mereka sebagai sebuah kelompok generasi.
Disinilah tantangan seorang guru dimulai, membangun chemistry antar guru dan murid merupakan perkara yang susah-susah gampang. Kematangan emosional seorang guru di uji yang mana dalam proses pematangan tersebut dipengaruhi oleh lama dan banyaknya pengalaman yang telah diperoleh selama mengajar, meskipun hubungan itu tidak selamanya linear, bahkan ada segelintir peristiwa yang berbanding terbalik.
Teknologi
Generasi Z adalah generasi yang ditentukan teknologi, yang tidak bisa melihat dunia tanpa teknologi. Pada masa pandemi seperti sekarang ini merupakan kesempatan para Gen Z untuk mengeksplor teknologi lebih jauh dalam bidang pembelajaran. Tak menutup kemungkinan Gen Z lah yang lebih dahulu mengetahui pengoperasionalan digitalis pada pembelajaran, seperti penggunaan sarana meeting online dan sebagainya. Saat hal tersebut benar-benar telah terjadi maka kompetensi dan keterampilan seorang guru dalam mengajar lah yang menjadi pertaruhan.
Guru merupakan penentu utama keberhasilan proses pembelajaran daring, maka dari itu guru harus terus memperkaya kompetensi, keterampilan dan terus belajar. Pihak sekolah dan pemerintah juga perlu mengevaluasi pembelajaran daring tersebut agar tujuan pembelajarannya dapat tercapai secara optimal.
Namun tidak semua Gen Z memiliki pemahaman lebih terhadap teknologi. Terdapat ragam factor yang menyebabkan interaksi Gen Z terhadap teknologi menjadi kurang. Persoalan ini pun yang menjadi PR untuk para guru untuk mengenalkan dan mengajarkan Gen Z agar menjadi seorang yang memang berjalan diatas zaman nya.
Guru juga harus mengapresiasi segala capaian siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hal lain yang sangat penting dalam menghadapi pembelajaran daring kedepannya adalah pemerintah perlu menyediakan kurikulum yang fleksibel dan siap untuk menghadapi pandemi yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang.(*)
Penulis : Alvina Widadjananti Nabilah
Mahasiswa KPI Sunan Gunung Djati Bandung