Kesatuan dalam Kebhinekaan lewat Mustika Rasa

AGUSTUS adalah bulan spesial bagi masyarakat Indonesia. Di bulan ini, setiap tahunnya masyarakat Indonesia merayakan hari kemerdekaan yang jatuh di tanggal 17 Agustus.

“Beragam kegiatan rutin dilakukan untuk merayakan momen suka cita ini, mulai dari perlombaan yang digelar sejak jauh-jauh hari, hingga upacara bendera untuk mengekspresikan rasa cinta Indonesia,” jelas Anggota DPR RI Yadi Srimulyadi pada sosialisasi empat pilar kebangsaan di Desa/ Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, Sabtu (13/8/2022)

Dalam kegiatan yang mayoritas di hadiri kaum hawa, Yadi menjelaskan, cinta Indonesia bisa juga diapresiasikan lewat masakan, apalagi nusantara mulai sabang sampai merauke kaya akan resep tradisional khas yang wajib dilestarikan.

Di Jawa Barat saja, ujarnya, puluhan bahkan mungkin ratusan kuliner khas yang harus dilestarikan dan melalui masakan tradisional akan mempererat persatuan dan kesatuan.

Mengulik soal kuliner tradisional Indonesia, jelas Politisi PDI Perjuangan ini, pemerintah sempat mendokumentasikannya lewat buku di zaman pemerintahan Presiden Soekarno.

“Saat itu, tugas Soekarno untuk mengampanyekan kesatuan dalam kebinekaan. Salah satunya lewat makanan,” katanya.

Makanan khas Indonesia di zaman Soekarno dirangkum dalam buku berjudul Mustika Rasa, yang diterbitkan pada 1967.

“Soekarno menginginkan Indonesia punya jati diri dan budaya yang kuat lewat makanan. Soekarno menganggap makanan ini adalah hal yang serius.” imbuhnya.

Kala itu Soekarno meminta istrinya, Hartini untuk mendokumentasi makanan khas Indonesia, setiap pamong praja, ahli kuliner, dan ahli gizi diminta bantuannya merumuskan buku tersebut.

Mustika rasa ungkap Yadi, merupakan warisa Soekarno yang tidak diketahui banyak orang. Padahal, buku itu tidak hanya memuat resep tetapi juga bahan makanan.

“Bahkan dalam buku tersebut, Soekarno tak hanya mengumpulkan resep makanan yang berbahan dasar beras. Ini dilakukannya untuk mengurangi impor beras saat itu.” paparnya.

Menurutnya, Proklamator Republik Indonesia itu pencinta makanan dan merasa bahwa makanan adalah persoalan penting.

Tak ayal makanan pun menjadi bagian dari derap politik revolusi yang didengungkan Sukarno sejak akhir 1950-an. Mustika rasa ungkap Yadi, bukan saja untuk mendokumentasikan kekayaan warisan makanan minuman Indonesia yang beragam, tetapi juga sebagai upaya memberi basis bagi politik pemertahanan pangan.

“Jadi mustika rasa merupakan warisan Presiden Soekarno yang harus diketahui seluruh rakyat Indonesia,” pungkasnya. (nk)

dialogpublik.com