Kebutuhan Pangan di Kab. Purwakarta Masih Mencukupi

KEMARAU berkepanjangan yang sudah memasuki bulan ke-6 menyebabkan ratusan hektar sawah di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, gagal panen atau biasa dikalangan petani disebut “PUSO”.

Puso adalah keadaan dimana suatu tanaman tidak menghasilkan dikarenakan kerusakan yang disebabkan oleh OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) antara lain; Banjir, Kekeringan, Tanah Longsor, Gunung Meletus, Angin Kencang dan lain-lain yang termasuk bencana alam.

Pada situasi sekarang dimana musim kemarau sudah memasuki bulan ke-6 dampak yang dihadapi oleh para petani sungguh memprihatinkan. Tidak terkecuali yang dihadapi oleh para petani di Kabupaten Purwakarta.

Bagi petani yang sawahnya teraliri pengairan irigasi teknis tentu tidak terdampak luas. Sebab, lahan pada musim tanam dan musim panen masih sesuai jadwal tanam dan jadwal panen. Petani di wilayah ini bisa panen 3 kali setahun

Tapi bagi para petani yang memiliki lahan persawahan dari tadah hujan, dampak yang mereka hadapi sungguh memilukan. Mereka harus mengubah tanaman padi ke tanaman palawija sepeti kacang dan kedelai. Karena padi yang mereka tanam punah kekeringan.

“Ada 494 hektar sawah tadah hujan yang sudah dipastikan puso. Dan ada 1.500 ha terancam kekeringan. Tanaman yang terancam gagal panen usia tanam 75-90 hari,”ungkap Kepala Dinas Pangan & Pertanian, Ir. H Agus Rachlan Suherlan, MM, kepada dialogpublik.com dikantornya.

Menurut Kadis Pangan, tanaman padi yang terancam kekeringa dan terancam gagal panen itu merupakan sawah yang mengandalkan air hujan (sawah tadah hujan)

Untuk meminimalisir gagal panen pada sawah yang terancam kekeringan, sebagaimana diungkapkan Kadis Pangan. Pihaknya menggunakan cara pompanisasi. Juga memanfaatkan air yang tertampung di lahan bekas galian C dan memanfaatkan Sungai lokal yang masih ada airnya, terang Kadis H. Agus.

Namun demikian, kata Kadis para petani yang terkena puso tidak mutlak menderita kerugian finansial. “Sebenarnya, para petani yang tanamannya terkena puso tidak mutlak mengalami kerugian finansial sebab mereka sudah diasuransikan,”terang Kadis H. Agus Rachlan.

Ditegaskan Kadis Pangan, kendati ada tanaman padi persawahan tadah hujan yang mengalami puso. Tapi stok kecukupan beras untuk di Kabupaten Purwakarta masih aman.

“Tidak signifikan mempengaruhi ketersediaan beras di Purwakarta. Kita punya target lahan sawah produktif seluas 40.000 ha (hektar). Sementara yang puso 494 ha,”ujarnya.

Diutarakan H. Agus, Kabupaten purwakarta punya 18.000 ha sawah teknis, 11.000 ha sawah irigasi semi teknis dan 7.000 ha sawah tadah hujan.

Untuk sawah teknis dan semi teknis, papar H. Agus bisa 3 kali panen. Sementara utk tadah hujan hanya 1 kali panen. “Sedang kita upayakan agar nanti sawah tadah hujan bisa 2 kali panen,”H.Agua berharap.

Daerah persawahan yang mengalami gagal panen alias puso tersebar di Kecamatan Maniis, Tegalwaru, Campaka, Cibatu, Plered, Bungursari dan sebagian di Kecamatan Kota .(jainul abidin)

dialogpublik.com