KABUPATEN Bandung mengekspor 6 ton kopi specialty jenis arabika ke Kota Hamburg Jerman, dengan skema ekspor kolaborasi antara Rimbun Jaya Abadi dan Gravfarm.
“Jadi untuk hari ini, kopi specialty dikirim ke Jerman. Kopi kita yang memang punya kualitas di atas rata-rata, sehingga nilainya cukup fantastis hampir 14 dollar per kilogram. Potensi kopinya semua dari Kabupaten Bandung, di mana sudah teruji baik nasional maupun internasional,” ungkap Asisten Ekonomi dan Pembangunan (Ekbang) Kabupaten Bandung Marlan usai melepas armada truk ekspor di Jalan Braga Kota Bandung, Rabu (24/2/2021).
Kopi jenis arabika unggulan Kabupaten Bandung, tutur Marlan, sudah tidak diragukan lagi kualitasnya, sehingga diminati para pecinta kopi mancanegara. “Kita sempat ekspor ke Timur Tengah, Australia, New Zealand dan beberapa negara lainnya. Tahun 2021 ini kopi Kabupaten Bandung juga diminati oleh negara-negara di Eropa,” imbuhnya.
Dengan kuota permintaan kopi specialty yang cukup besar dari Jerman dan Belanda ucapnya, peluang ekspor bagi petani kopi Kabupaten Bandung cukup terbuka lebar. Namun demikian diperlukan standarisasi dan pembinaan untuk menjamin kualitas dan kesinambungan ketersediaan barang yang akan diekspor.
Melihat luasan lahan yang cukup besar, menurutnya, Kabupaten Bandung berpotensi dalam bisnis ekspor kopi specialty tersebut. Hanya tinggal bagaimana meningkatkan nilai dari kopi itu sendiri, juga peningkatan dari sisi pengolahannya.
Tidak semua kopi yang ada di Kabupaten Bandung, tambahnya, bisa diekspor. Karena setiap negara memiliki standar yang berbeda-beda. Hal itulah yang harus diberikan pemahaman kepada para petani kopi.
“Melihat persaingan usaha dan kualitasnya, Kabupaten Bandung sudah tidak perlu diragukan lagi. Namun untuk mengirim barang ekspor diperlukan barang yang sesuai standar yang diminta. Di sini petani dituntut harus jujur, dengan standar kualitas kopi specialty yang jelas. Jangan sampai yang menjadi contoh kualias A tapi yang dikirim kualitas B,” beber Marlan.
Sementara itu Wakil Manager Rimbun Jaya Abadi Setra Yohana mengatakan, selama ini ekspor kopi komersil minimal 1 kontainer atau setara 18 ton, dan petani yang hanya memiliki lahan setengah atau satu hektar sulit bersaing.
Akan tetapi ekspor kopi specialty, ungkapnya, cukup unik. Dengan skema kolaborasi, ia berharap petani-petani kecil dapat bergabung. “Petani kecil yang hanya menghasilkan 1 ton, bisa ikut ekspor asal memenuhi standar,” terang Yohana.
Menurutnya, ada tiga hal penting yang harus diperhatikan bila ingin bergabung. Pertama, harus akur di antara pihak yang berkolaborasi. Kedua, jujur dan konsisten. Dan terakhir adalah teratur.
“Jujur dan konsisten, misal standar kualitas specialty punya nilai 85 ya harus terus 85. Teratur itu karena nanti kita ada fungsi waktu, kapan disiapkan, bagaimana cara pengirimannya, packingnya, standar fisiknya seperti apa, di samping tentu cita rasanya. Memang diperlukan suatu proses, tapi menurutnya bukanlah hal yang berat,” pungkasnya.(NK)