PERINGATAN Hari Air Sedunia menegaskan kembali bahwa tindakan air dan sanitasi adalah kunci untuk pengentasan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan kelestarian lingkungan.
Dunia sedang memperingati Hari Air Sedunia (World Water Day) pada hari Senin, (22/3/2021). Tema kali ini “Valuing Water atau menghargai air”.
“Seburuk apapun kualitas air, secara teknologi dipastikan dapat dilakukan upaya-upaya untuk menjadi lebih baik atau bersih. Tapi semakin buruk semakin banyak SDM yang dibutuhkan, bahan kimia lebih banyak, listrik lebih banyak dan hal lain,” ujar Dirut PDAM Tirtawening, Sonny Salimi pada kegiatan Bandung Menjawab di Balai Kota Bandung, Selasa 23 Maret 2021.
“Artinya, ketika kualitas air menjadi buruk, bukan hanya kita yang terdampak. Kita tidak hidup di dunia tidak sendirian, ada makhluk lain,” imbuhnya.
Ia mendorong kepada masyarakat untuk memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk menjaga maupun menggunakan air.
“Kita terus dorong agar orang bertanggung jawab untuk menjaga air dan menjaga lingkungan,” tuturnya.
Mengingat kebutuhan air secara riil untuk 2,5 juta penduduk yakni 6.000 liter per detik, Sonny mengingatkan masyarakat untuk memanfaatkan air sebaik mungkin.
Sedangkan proyeksi kebutuhan air PDAM Tirtawening Kota Bandung pada 2021 yaitu kapasitas air sebesar 3.500 liter per detik.
“PDAM mampu mengolah air 2.500 liter per detik. Namun kebutuhan riil sesuai dengan teori, membutuhkan air baku sebanyak 6.000 liter per detik. Masih ada gap 3.500 liter per detik,” jelasnya.
Sebagai upaya, PDAM Tirtawening tengah menjalin kerja sama dengan Perum Jasa Tirta II (PJT 2) untuk penyediaan air curah berasal dari Waduk Saguling. Kerja sama ini juga bertujuan untuk mengantisipasi ketersediaan air di masa yang akan datang.
Rencananya, pembanguan tuntas pada tahun 2023 dengan jarak sekitar 15-16 KM. Air yang bersumber dari Curug Jompong ini bisa langsung didistribusikan PDAM Kota Bandung kepada masyarakat.
“Mudah-mudahan awal 2022 proyek ini bisa laksanakan, tentunya dapat menambah cangkupan pelayanan kita,”tuturnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Pencegahan Pencemaran Lingkungan dan Dampak Perubahan Iklim, Deti Damayanti menyampaikan, pencemaran yang terbesar disebabkan oleh air moderestik. Sehingga masyarakat memegang peranan penting dalam menjaga kualitas air dan lingkungan.
“Kita ada program dari Kementrian Lingkungan Hidup yaitu program iklim. Salah satunya menjaga kualitas air dan upaya-upaya untuk menghemat air dan menjaga kualitas air,”tuturnya.
Di Kota Bandung, kata Deti, sudah banyak kampung iklim yang terdaftar. Ia optimis masyarakat mampu menjaga lingkungan.
“Sampai 2020 ada 10 kampung iklim, 4 proklim utama dan 6 proklim madya. Di antaranya Cibunut, Mandalajati, Arcamanik, dan Sukaluyu (Proklim utama). Kalau ini digerakan, insyaallah masyarakat bisa mengelola iklim,” jelasnya. (yan).