DENGAN viralnya peristiwa penggembokan pintu Masjid yang berada di Desa Kertajaya, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), sebelumnya, kini sudah diselesaikan secara musyawah dengan semua pihak, dikantor Desa Kertajaya kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat Selasa (15/02/2022).
Musyawarah yang juga dihadiri Kepala Desa Fauzi Syamsul, Ketua BPD Suherman, Ketua MUI Desa Kertajaya, dan pihak Pesantren Al Muniriyyah, berjalan dengan damai yang akhirnya Ibrahim sebagai tokoh masyarakat bersedia memberikan klarifikasi atas statemen yang diberikannya kepada media pada Senin (14/02/2022).
Sebelumnya, Edi Mirwan, mewakili ahli waris, yang juga merupakan Ketua DPD Partai Perindo KBB merasa keberatan atas statemen yang dikeluarkan oleh Ibrahim, salah seorang tokoh masyarakat kepada media.
Edi merasa statemen yang dikeluarkan oleh Ibrahim tidak berdasarkan fakta dan menggiring opini publik hingga berpotensi mencemarkan nama baiknya sebagai pribadi maupun sebagai Ketua DPD Partai Perindo KBB.
Untuk itulah pihak Edi bersama keluarga mendatangi Kantor Desa Kertajaya untuk meminta penjelasan dan klarifikasi, serta permohonan maaf dari Ibrahim.
“Manusia itu banyak hilaf, saya mohon maaf bila ada ucap dan perilaku yang kurang berkenan di hati. Saya juga mohon maaf lahir dan batin kepada Pak Edi sebagai wakil ahli waris keluarga Haji Hasan Ismanto”, ucap Ibrahim.
Dengan mengklarifikasi dan permintaan maaf yang disampaikan oleh Ibrahim, Edi Mirwan menyebut telah menerimanya dan mengganggap semua permasalahan dan kesalahpahaman yang terjadi sudah selesai.
” saya dan atas nama keluarga ahli waris, sebagai manusia biasa tidak luput dari kehilafan. Saya sudah memaafkan semuanya, Mari kita sama-sama intropeksi diri supaya tidak ada permasalahan lagi di Desa Kertajaya ini”, ungkap Edi.
Sebelumnya, Edi telah memberikan bantahan atas statemen yang dikeluarkan Ibrahim yang mengatakan Masjid yang digembok didirikan diatas tanah wakaf.
“Jadi sebenarnya Masjid itu bukan dibangun di atas tanah wakaf. Masjid itu saya bangun sendiri diatas tanah pribadi milik mertua saya, Hasan Ismanto. Sekali lagi tanah pribadi, bukan tanah wakaf”, tegas Edi.
Ia memastikan pihak Pesantren Al Muniriyyah sudah mengetahui bahwa Masjid dibangun di atas tanah pribadi, bukan tanah wakaf seperti kabar yang beredar sebelumnya.
“Jadi kalau pihak Desa Kertajaya atau Pak Ibrahim yang merupakan tokoh masyarakat sekaligus ayah dari Kepala Desa saat ini Fauzi Syamsul mengatakan itu tanah wakaf, tidaklah benar”, tegasnya.
Saat dikonfirmasi mengenai adanya penggembokan pintu Masjid yang dikabarkan dilakukan dirinya, Edi meluruskan hal tersebut.
“Memang betul ada penggembokan pintu Masjid, namun itu atas permintaan pengurus Pesantren karena sudah tidak mau lagi mengelola Masjid dan karena di dalam Masjid terdapat barang-barang milik Pesantren”, jelas Edi.
Dilanjutkannya, justru dirinya menentang permintaan penggembokan pintu Masjid tersebut karena tidak ingin timbul permasalahan dengan warga nantinya.
“Justru saya sayangkan masa harus nutup Masjid hanya karena persoalan dan hal sepele dari pihak Pesantren, yang mana akhirnya saya buka kembali”,
Persoalan sudah selesai,Kunci Masjid sudah saya serahkan kepada RT setempat, jadi warga yang mau Shalat atau beribadah, tidak perlu kuatir atau mencari saya
“Saya tegaskan tidak ada permasalahan antara saya dengan pihak Pesantren. Tidak ada masalah antara keluarga besar saya Hasan Ismanto dengan keluarga Munir selaku pemilik Pesantren. Dan tidak ada unsur politis”, tegasnya.
Untuk kedepannya, Edi menyampaikan akan berembuk dengan keluarga besarnya untuk membuat kepengurusan DKM yang akan mengelola Masjid yang berkoordinasi dengan pihak Desa Kertajaya.
“Mulai saat ini Masjid Hasan Mustofa dapat dipergunakan untuk masyarakat umum. Silahkan melaksanakan ibadah, Shalat Jum’at, peringatan hari keagamaan. Itu bukan Masjid untuk keluarga, tapi untuk kepentingan umum”, lanjut Edi.
Dirinya juga mengatakan tidak melarang pihak Pesantren Al Muniriyyah jika memang ingin mau membantu menjadi pengurus, ikut mengelola dalam memakmurkan Masjid tersebut.
“Jadi sekali saya tegaskan, permasalahan sudah selesai. Saya harapkan suasana Desa Kertajaya tetap kondusif”,
Hal senada diungkapkan Fauzi Syamsul selaku Kades Kertajaya yang juga berharap usai peristiwa ini, kondusifitas masyarakat Desa Kertajaya tetap dapat terjaga.
“Ini hanya masalah kesalahpahaman. Kepada warga masyarakat, ini sudah selesai dan tidak ada permasalahan. Tidak ada juga unsur politis. Masjid tetap bisa digunakan seperti biasa. Alhamdulillah, hasil pertemuan hari berakhir dengan damai”, pungkasnya.(tries)