Djasim Pelukis Wajah diatas Kanvas Tetap Eksis

PELUKIS yang satu ini menekuni kariernya diatas kanvas sejak sekolah di SMAN Kuningan artinya sudah berjalan sekitar 35 tahun. Meskipun dia sempat kerja sebagai ‘sipir’ di Lapas Kuningan, hobi melukis seiring sejalan bahkan selalu eksis dan selalu menyisihkan waktunya untuk berkarya di atas kanvas.

Dia adalah Djasim yang kerap dipanggil Abah Djasim ini, kelahiran Kuningan 21 Maret 1960 silam. Rumahnya di jalan Rama Jaksa 130 Winduherang Kec. Cigugur Kuningan, dijadikan tempat berkarya.

Pelukis yang satu ini tidak seperti pelukis lain yang bertubuh kurus, tapi justru badannya cukup kekar layaknya seperti petarung. Amat jarang pelukis bertubuh kekar seperti dia.

“Sebagai seorang sipir, saya harus bisa menjaga kebugaran tubuh, sesekali olahraga fitnes dan ikut sepal bola”, ujar suami dari istri tercinta Ikeu S yang di karuniai dua orang anak (Hafizh Fachri/ Hafizh Retroboy & Rella Nur Anisaswati).

Meskipun tubuhnya kekar, namun didada nya tetsimpan jiwa selembut sutra. Hal itu bisa dilihat dari lukisan wajah pastelnya amat kuat memancarkan pesona kedalaman jiwa manusia. Mungkin. Ini tempaan tidak langsung interaksi dia dengan orang-orang yang berdesakan menghuni tempat tempat kerjanya ?. Hanya Djasim-lah yang bisa menjawabnya.

Djasim yang menekuni hobi melukis sejak SMA , tapi mulai menekuni media Pastel sejak tahun 1986. Hingga saat ini karya lukisannya sudah tak terhitung lagi Prakiraan jumlah lukisan yang digarap di atas angka 100 lukisan yang mayoriyas lukisan wajah dan sebagian lukisan aneka puspa bunga, tutur Abah Djasim saat di wawancara disela-sela Pameran Seni Rupa dan Pertunjukan Teater Membaca Aan Sugiantomas dengan judul ‘Dedes’ di GK Raksawacana Kuningan Sabtu sore (23/2/2019).

“Menggarap sebuah lukisan, tergantung kerumitan tapi bisa selesai antara 3 – 4 harian. Sedangkan harga lukisan tergantung ukuran dan relatif… Rata-rata berkisar Rp 1 sampai Rp 2 juta. Setiap pekerjaan apapun itu pasti ada suka dukanya..tapi bagi saya dibawa enjoy saja hehe”, papar Abah dari Hikam Abrori Manaf cucu semata wayang ini.

“Target kedepan…tetap mengalir bagai air dan santai saja”, pungkasnya seraya menghisap rokok favoritnya. (H WAWAN YR)

dialogpublik.com