Di Era Reformasi Politik jadi Menakutkan

DALAM kehidupannya setiap manusia selalu bersinggungan dengan politik, bahkan sehari-harinya dia selalu berpolitik. Seperti dalam dunia perdagangan, jika tidak menggunakan ilmu politik dagang kemungkinan usahanya tidak akan mujur  atau bangkrut sebab tak dapat untung. Guru juga berpolitik, dia akan berusaha bagaimana caranya agar murid-muridnya patuh dan manut.

Semua orang pasti berpolitik, termasuk anak-anak saat bermain atau sewaktu meminta jajan pada orang tuanya, disadari atau tidak dia akan berpolitik bagaimana hasratnya tercapai. Jadi pada dasarnya politik itu sehat dan santun, hanya semua itu akan berubah jika yang berpolitik itu orang-orang yang haus kedudukan dan rakus kekuasaan.

Mereka berpolitik untuk mencapai tujuan meskipun harus dengan cara licik, sikut kanan kiri bahkan ada yang sampai menghembuskan berita bohong atau hoax, tujuannya memfitnah seseorang demi memuluskan jalannya menuju kekuasaan.

Seperti saat ini, genderang perang pesta demokrasi sudah ditabuh, seluruh partai politi (parpol) peserta pemilu sudah siap-siap merebut kekuasaan, sejak lima tahun ke belakang. Saat ini kader-kader pilihan ditampilkan, dengan beban dipundak para politisi itu “merebut kekuasaan” dan keluar sebagai pemenang dalam Pemilu, bagaimana pun caranya.

Politisi “busuk” seperti itu kian menjamur di era reformasi, sehingga jelas Anggota DPRD Kabupaten Bandung H. Cecep Suhendar, di era saat ini politik bisa menjadikan sesuatu hal yang paling menakutkan.

Sebab tutur Ketua Fraksi Golkar ini, dalam politik ada yang saling menghujat, saling membenci, juga saling mengkritisi, hanya untuk memenuhi hasratnya  menjadi anggota dewan.

Untuk itu, tuturnya, perlu adanya pendidikan politik bagi semua kader partai dan relawan, agar mereka bisa lebih memahami dan mengerti  dunia politik yang sebenarnya. “Saya mencoba di politik itu, di pesta demokrasi dengan mengedepankan kebahagian. Jadi saat menjalani pesta demokrasi saya mengajak kader maupun tim  para relawan untuk diajak bahagia dan dalam kondisi enjoy. Diajak nyanyi, diajak sambil bermain,” kata Cecep di Soreang.

“ Dalam kegiatan itu temanya pendidikan politik, tapi pendidikan politiknya hanya 10 persen dan 90 persennya pemberdayaan masyarakat,” jelas Cecep.

Kebahagiaan lainnya yang dirasakan Cecep Suhendar, ia bisa mendorong para kadernya untuk selalu berbuat kebaikan dalam berbagai aspek, seperti membantu warga tidak mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Termasuk anak-anak usia sekolah untuk terus mengenyam pemdidikan yang layak serta tidak sampai putus sekolah. Alhamdulillah dengan rasa penuh syukur ia sudah bisa berusaha memberikan yang terbaik bagi masyarakat.

Legislator asal dapil 4  meliputi; Kecamatan  Rancaekek, Cikancung, Cicalengka, dan Kecamatan  Nagrek  mengajak kepada peserta pendidikan politik juga masyarakat untuk selalu berbuat sosial, sehingga dalam pelaksanaan pendidikan politik itu, lebih terhadap pemberdayaan, bagaimana memberikan manfaat bagi masyarakat dengan tagline bela warga.(nk)