CONGKLAK, siapa yang tidak kenal. Semua orang pasti penah memainkannya. Conglak merupakan permainan tradisional yang mungkin saat ini mulai ditinggalkan, karena anak-anak sekarang lebih senang bermain game online, baik melalui gagetnya maupun di warnet. “ Ya anak-anak sekarang kan lebih mengenal game online, padahal dalam permainan tradisional terdapat pendidikan karakter,” jelas pemilik komunitas Hong, Dr. M Zaini Alif pada sosialis Olahraga tradisional (Oltrad) di Kopo Square. Kamis (7/11/2019).
Salah satu permainan tradisional yang mengandung pendidikan karakter, yakni congklak. Dengan 6 buah lubang yang kecil dan satu lubang besar, menunjukan hari dalam seminggu. Dalam permainan congklak secara tidak langsung mendidik kecerdsan sosial, sekaligus hidup hemat. “ Lubang tujuh itu menandakan hari dalam seminggu, lubang yang besarnya itu diibaratkan lumbung. Jadi pengahasilan dalam seminggu dibagi untuk kebutuhan per harinya, sisanya masuk ke lumbung tetapi tidak semuanya, namun dibagikan juga ke tempat lawan sebab jika dibiarkan ada tempat kosong dihawatirkan “harta” kita ditembak lawan,” ujarnya.
Dalam kegiatan yang digagas Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Kabupaten Bandung, Zaini menjelaskan, filosofi congklak untuk mendidik keceradasan sosial pada anak. Sebab dengan membagi sebagain “harta” nya ke lubang lawan itu artinya tidak akan membiarkan tetangga atau orang terdekatnya hidup susah. Zaini menjelaskan, congklak tidak hanya berada di Jawa Barat atau di Indonesia saja tapi juga dinegara lain, cara permainnya sama bahkan jumlah lubangnya juga sama, kecuali namanya yang berbeda-beda. Seperti di Malaysia dan Brunei namanya congkak sedangkan di Philipines disebutnya sungka, Se dunia congklak itu ada 300 jenis, tapi lubangnya tetep tujuh kecuali di Afrika selain namnya owasemo lubangnya juga ada 30 yang menandakan jumlah hari dalam sebulan.
“Kenapa di congklak lubangnya ada 7, karena dulu penghasilan itu bukan per bulan tetapi setiap minggu. Dan biasanya yang menerima gajian tiap minggu, hidupnya akan lebih sejahtera dibandingkan dengan yang menerima gajinya bulanan,” tuturnya.
Jenis permainan yang menumbuhkan pendidikan karakter bukan cuma congklak, tetapi hampir semua permainan tradisional selain untuk melatih motorik kasar, juga memiliki filosofi hidup. Seperti hompimpah, itu mendidik jika hidup hanya ada dua pilihan, siang-malam, benar – salah dan semua berakhir pada kehendakNya. Kemudian paciwit-ciwit kurung, itu untuk mendidik anak memiliki rasa empati.
“Permainanya begini paciwit-ciwit lutung silutung pindah kaluhur,terus begitu setip orang akan merasakan nyubit dan dicubit,” tuturnya. (NK)