AAN Sugianto Mas adalah teman sekolah yang low profile sifatnya selalu aneh tapi kreatifitasnya patut dipuji. Sosok dia selain produktif dibidang seni pahat dan seni lukis, juga sebagai sutradara dari naskah drama yang dia tulis sendiri.
Demikian kesan Bupati Kuningan H Acep Purnama ketika membuka resmi event mengenang seniman Kuningan dengan tajuk “Membaca Aan Sugianto Mas” di Gedung Kesenian Raksawacana jalan Veteran Kuningan Minggu (17/2/2019).
“Saya sangat mengapresiasi karyanya yang sering mengkritik kebijakan Pemerintah daerah, dia selalu menampilkan yang aneh-aneh bahkan bagi publik pencinta seni, sudah tidak asing lagi khususnya teater, silahkan manfaatkan gedung kesenian ini sebagai wahana untuk berkesenian”, Acep Purnama.
Aan Sugiantomas sejak 1999, adalah dosen sastra FKIP Universitas Kuningan telah menggairahkan kembali panggung pertunjukan teater yang sempat vakum beberapa lama. Bersama komunitas Teater Sado yang dibina dan diasuhnya, Beberapa karya Aan Sugianto Mas yang fenomenal sempat menyedot perhatian publik seni di Kuningan dan sekitarnya. Sebut saja di antaranya Bimbang Dewi Rara, Dialog Rama-Rahwana, Dedes, Ada Mayat Kentut, Sandiwara Orang-orang Negeri Dangdut, Lelaki Tua dan Ibu Sepuh Ratu Rita, serta Barok.
Selain itu, pria kelahiran Kuningan, 25 Juli 1958, ini dikenal juga sebagai perupa yang telah menghasilkan berbagai karya rupa, terutama lukisan, yang tersimpan di saung (sanggar) Teater Sado di Jalan Otista 888 Sawahwaru, Kuningan.
Aan Sugianto Mas wafat pada 4 September 2018 ketika tengah bersiap mempergelarkan lakon teater jalanan “Manusia Tanah Air” pada karnaval budaya memperingati hari jadi ke-520 Kabupaten Kuningan.
Untuk mengenang sosok dan karyanya serta memetik pelajaran dari riwayat kehidupannya, Teater Sado menggelar pertunjukan teater dan pameran seni rupa bertajuk “Membaca Aan Sugianto Mas”.
Pertunjukan teater dengan lakon Dedes (Terperdaya atau Memperdaya Menjadi Sah-sah saja) dan pameran seni rupa karya Aan Sugianto Mas dan beberapa perupa sahabatnya itu digelar di GK Raksa-wacana Kuningan 17 Februari – 10 Maret 2018. Pagelaran awal dihari pertama diwarnai Bincang Budaya dengan nara sumber seniman dan budayawan dari pelbagai kota.
Lakon Dedes (Terperdaya atau Memperdaya Menjadi Sah-sah saja) pertama kali dipergelarkan Aan Sugianto Mas dan Teater Sado pada 13 – 14 April 2001 di Studio 4 Plaza Kuningan. Setelah itu, lakon ini dipergelarkan di GK Nyi Mas Rarasantang Cirebon (12 – 13 Mei 2001) dan GK Rumentang Siang Bandung (29 – 30 September 2001). Kali ini pergelaran lakon fenomenal ini disutradarai dua sutradara muda binaan Aan Sugianto Mas: D. Ipung Kusmawi dan Arip Hidayat.
Pameran seni rupa, selain menampilkan karya Aan Sugianto Mas, dipamerkan pula karya perupa lainnya, di antaranya Acep Zamzam Noor (Tasikmalaya), Dedi Djoenaedi Kijoen (Majalengka), Iskandar Abeng, Niko Broer Permadi, Cek Roni (Cirebon), serta Asep Dheny, Jasim, Iyan Suryana, dan Hendri Ardian (Kuningan). Pameran ini dikuratori perupa Agung M. Abul.
Sementara itu, dalam Bincang Budaya tampil pembicara Acep Zamzam Noor (sastrawan/pelukis, Tasikmalaya); Away Enawar (akademisi/budayawan, Tangerang); Dedi Djoenaedi Kijoen (sastrawan/pelukis, Majalengka); Yusuf Oeblet (musisi/komponis, Jakarta); Madin Tyasawan (dramawan, Jakarta); Supali Kasim (sastrawan/budayawan, Indramayu); Dedi Kampleng Setiawan, (dramawan, Cirebon); Pandu A. Hamzah (sastrawan, Kuningan). Bincang Budaya ini dipandu Cecep Ahyani, dimeriahkan pertunjukan musik Ceppy Oi Cirebon, Gardu Reborn Cirebon, dan Bentung Musik Kampung Jatitujuh Majalengka.
“Pameran Seni Rupa dan Pertunjukan teater “Dedes” ini ditarget menyedot 20.000 penonton selama tiga pekan terutama kalangan pelajar, mahasiswa dan umum”, ujar Anjasmara Pimpinan Produksi teater Sado. (H WAWAN JR).