Belasan Tahun Terbaring di Ruangan Sempit

MIRIS nasib dua bocah di Kampung Pasir Malang RW 17 Panyocokan, Ciwidey Kabupaten Bandung. Belasan tahun hanya terbaring di ruang sempit dan pengan, beralas kasur sumbangan dari Pemkab Bandung.

Cecep (13) dan Wahyu (19) demikian nama bocah itu. Keduanya bukan saudara kandung, hanya tetangga sekampung yang beda RT. Persamaan lainnya, dua bocah itu sama- sama dilahirkan dari keluarga kurang mampu. Junaedi, ayah sambung Wahyu menjelaskan, anaknya harus mengalami cacat permanen karena ketidak mampuannya membayat.biaya rumah sakit. “Padahal saat lahir Wahyu sehat dan normal, bahkan sudah sekolah hingga kelas 5 SD, ” ujarnya saat ditemui di rumahnya, Sabtu (9/2/2019).

Namun takdir berkata lain, 7 tahun lalu keceriaan anak yang lahir dari rahim Wiwin pupus sudah. Penyakit panas menyerangnya, disertai kejang dan sebagian tubuhnya membengkak serta berubah menjadi kuning. Sebagai orang tuanya, Junaedi tentu tidak tinggal diam, berbekal Surat Keterangan Miskin (SKTM) Wahyu dibawa ke RSHS, Bandung.

Vonis dokter membuyarkan harapan ayah 5 orang anak ini. Wahyu terserang syarat dibagian otaknya, itu tak cukup disebuhkan dengan obat. Saat itu Wahyu harus di scane kemudian dipasang pen di leher bagian belakang dengan biaya Rp 1,5 juta.

” Karena tidak ada biaya, akhirnya Wahyu dibawa pulang. Sampai sekarang belum pernah dibawa berobat lagi,” jelas Wahyu yang mengaku, bekerja serabutan sedangkan istrinya sebagai buruh cuci dan gosok di rumah tetangga.

Akibat pengobatan yang tidak.optimal, Wahyu tak mampu berjalan. Aktivitasnya dihabiskan dalam rumah dengan cara ngesot atau merangkak. Kaki kiri dan kanannya tidak beraturan, sehingga selalu dalam keadaan terikat. Namun sekali-kali Wahyu melepaskan ikatannya, saat menahan sakit dan kejang. Bahkan untuk menjaga sampai lidah dan.mulutnya jangan sampai luka, Wiwin memberinya sehelai kain yang harus terus digigit Wahyu.

Sementara Cecep setiap harinya praktis tinggal dalam kamar. Jangankan berjalan, untuk sekedar duduk dia tak.mampu.

Menurut Eras (40) ibunya Cecep, meskipun sudah remaja anaknya itu tak ubahnya seperti bayi. Aktivitasnya hanya berbaring, tidak.mampu bicara serta.makannya pun harus yang encer. Sebenarnya anak ke 2 dari pasangan Eras dan Ajat (alm) saat lahir dalam keadaan normal,bahkan sudah belajar berjalan.

Tiba-tiba saat akan diberi vitamin di Posyandu, Cecep tiba-tiba kejang. Kemudian Eras membawanya ke dokter anak di Ciwidey. Namun, dokter menyarankan agar anaknya dibawa ke RSD Soreang. Lagi – lagi dokter tak.mampu.mengobati penyakit Cecep dan merujuknya ke RSHS, Bandung.

“Saya akhirnya.membawa Cecep.ke RSHS. Pemeriksaan dokter anaknya terserang selaput benang saraf, yang kemudian menjalar ke otak. Jadi pancaindranya semua tidak berfungsi. Jangankan bicara, untuk tersenyum saja Cecep.ega bisa,” ujar ibu dari tiga orang anak.
Wahyu mengalami cacat permanen
Eras menjelaskan, pengobatan Cecep.di RSHS iti berbekal SKTM, sayangnya.tidak bisa digunakan untuk.membayar biaya scane. Saat itu Cecep harus di scane dengan biaya Rp 6 jutaan, karena tak mampu hingga saat ini Cecep belum pernah di scane.

“SKTM tidak bisa dipakai.membayat biaya scane. Untuk pengobatan Ecep selama di RSHS, saya.menjual seluruh harta beda hingga rumah yang ditinggalinya di Desa Ciwidey,” ucapnya seraya mengatakan, biaya pengobatan di luar scane memang gratis, tetapi biaya hidup selama di rumah sakit dan transfortasi tidak ada bantuan.

Saat ini Cecep praktis tidak lagi dibawa berobat ke rumah sakit manapun, selain tidak ada biaya dokter selalu bilang jika anaknya itu tidak akan normal.kembali.”Kalau ingat ucapan dokter tentang penyakit Cecep, saya sedih sekali. Masih terbayang saat dia belajar jalan, badannya gemuk dan mulus,” imbuhnya dengan nada sedih.

Awalnya baik ke dua bocah itu harus tidur beralas tikar. Terlebih Wahyu, saat itu rumahnya masih berlantai tanah dan.dinding dari anyaman bambu yang sudah lapuk. Tapi jelas Ketua RW 17 Panyocokan, Damihidayanti pada akhir 2018 rumah Wahyu diperbaiki melalui.program.rumah tidak.layak huni (rutilahu) dan swadaya.masyarakat.

Selain itu, baik cecep dan Wahyu.mendapat bantuan kasur untuk tidur serta makanan. “Ya bantuan yang mereka terima.baru itu saja, hingga kini belum ada lagi,” jelasnya.

Memang untuk cecep sudah masuk Program Keluarga Harapan (PKH), tetapi Wahyu belum masuk tetapi sudah.kami usulkan. (nk/hen/bas).