Atasi Sampah dengan LCO Kab. Bandung Raih Penghargaan Muri

UNTUK menangani sampah di wilayahnya, Bupati Bandung, Dadang Supriatna mengintruksikan warganya untuk membuat lubang cerda organik (LCO).

” Saya intruksikan setiap rumah wajib membuat 2 LCO, gunanya untuk membuang sampah organik. Jadi tidak perlu ke TPA, cukup masukan ke lubang tersebut untuk dijadikan kompos,” jelasnya pada bulan gebyar LCO, Senin (23/10/2023).

Sebelumnya Dadang membuat LCO dikediamannya, Desa Tegalluar, Bojongsoang.

” Hari ini serentak dilaksanakan pembuatan LCO di seluruh wilayah Kabupaten Bandung,” tuturnya.

Bupati Bandung, Dadang Supriatna saat buat lubang cerda organik (LCO)

Dia menambahkan, kegiatan itu mengacu pada surat edaran (SE) Bupati Bandung Nomor: 6O0.4.15./006/2778/DLH tentang bulan gebyar pembuatan LCO. Dari kegiatan itu, Dadang mentargetkan 1 juta LCO dan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bandung.

Atas upayanya tersebut, Pemkab Bandung mendapat penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai pembuat lubang resapan biopori terbanyak tingkat kabupaten.

Dadang mengungkapkan, dengan jumlah penduduk 3,7 juta jiwa, bisa menghasilkan sampah 1.300 ton per hari dan 20 persen diantaranya sampah organik . Jadi dengan 1 juta LCO, sekitar 200 ton sampah organik tidak perlu dibuang ke TPA.

“Tolong program ini dikawal, dibantu oleh ketua RT dan RW karena kebersamaan ini sangat penting. Kalau tidak melakukan langkah-langkah seperti ini akan terjadi penumpukan sampah,” jelasnya.

“Tentunya pada hari ini 1 juta LCO sudah tercatat berdasarkan laporan dari tiap-tiap kecamatan. Kegiatan ini sebenarnya sudah berlangsung dari 25 September kemarin,” imbuh Dadang.

Dia berharap, Dinas Pertanian membuat lubang untuk proses pembuatan komposting yang berasal dari dedaunan.

“Jadi dedaunan itu bukan dibakar, tapi dibuatkan komposting. Ini akan lebih efektif dan bermanfaat,” jelasnya.

Kang DS, biasa disapa, mengungkapkan, peristiwa kebakaran TPPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat pada 19 Agustus 2023 lalu hingga masih dproses penanganan, sehingga belum bisa operasional secara efektif.

“Harus menjadi pembelajaran bagi semua, bahwa tidak ada tempat untuk menampung sampah, kecuali ditangani dari sumbernya,” pungkasnya. (nk)