KEPALA Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung, Akhmad Djohara mengatakan, Kabupaten Bandung saat ini sudah memasuki musim kemarau. Tapi kemaraunya basah, karena hujan masih kerap terjadi.
Meski demikian, pihaknya tetap melakukan antisipasi dampak kemarau seperti kesulitan air bersih hingga kebakaran yang bisa melanda rumah, hutan hingga lahan saat kekeringan terjadi.
“Kita terus siaga dan mulai hati-hati. Kalau saya mah memprediksi bulan Agustus puncaknya musim kemarau,” ujar Akhmad saat dihubungi Jumat (11/6/2021) di Soreang.
Berkaca pada 2019, Kabupaten Bandung mengalami kekeringan yang panjang. Menurutnya, saat itu ada ratusan titik yang minta disupply air bersih.
Sementara di 2020, kekeringan tidak terjadi dalam waktu yang lama. “Di 2019 kita mencatat, hampir 514 titik yang mengusulkan untuk disupplly air bersih, itu adalah jumlah yang cukup banyak. Namun terkendala keberadaan mobil tangki air, yang hanya tersedia tujuh unit harus menjangkau ratusan titik,” tutur Akhmad.
“Tapi dengan kerja keras semua anggota, akhirnya bisa terlayani juga permintaan air bersih di lapangan, jangan sampai nanti karena kesulitan air menyebabkan warga dehidrasi,” sambungnya.
Selain itu jelasnya, BPBD juga akan melakukan rapat koordinasi (rakor) dengan perangkat daerah terkait seperti Dinas Sosial, Disperkimtan hingga PDAM, serta memaksimalkan fungsi mobil tangki yang ada agar setiap kali ada permintaan warga, bisa secepatnya diberikan pelayanan air bersih.
“Nampaknya air bersih juga sudah mulai dapat teratasi, seiring dengan banyaknya program pembuatan sumur dangkal atau pipanisasi dari Disperkimtan. Hal tersebut sedikit banyak mengurangi jumlah titik yang kekurangan air bersih,” pungkasnya. (nk)