SEKELUMIT permasalahan di Kota Bandung tentu tak bisa diselesaikan hanya oleh satu pihak. Oleh karena itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) kembali menggelar Bandung Datathon 2023.
“Kita mengambil tema Transforming Public Health Service dari dimensi smart health. Sesuai dengan kebutuhan setelah Covid-19, diharapkan usaha pemerintah bisa efektif dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat,” ujar Kepala Diskominfo Kota Bandung, Yayan A. Brilyana, Selasa 5 September 2023.
Bandung Datathon 2023 diselenggarakan selama dua hari dari 5-6 September 2023 di Hotel Mutiara.
Yayan menjelaskan, dari tahun 2013, Kota Bandung sudah mencanangkan menuju smart city. Ada berbagai macam dimensi, mulai dari sosial, transportasi, e-government, dan kesehatan. Pada Datathon tahun ini dipilih tema dari dimensi kesehatan.
“Sebab, sudut pandang pemerintah juga sering kali berbeda dengan masyarakat. Belum tentu ide yang disampaikan ke masyarakat itu sudah sempurna, masih ada bolong-bolongnya. Ini yang kita butuhkan dari masyarakat,” ungkapnya.
Ia menambahkan, kunci dari smart city adalah inovasi. Jika permasalahan yang ada di masyarakat diselesaikan dengan cara-cara manual, tentu tidak akan bisa mengejar pertumbuhan problema. Oleh karena itu diperlukan kolaborasi dan ide-ide segar dari masyarakat langsung melalui Bandung Datathon 2023
Sedangkan Kepala Bidang Data dan Statistiik Diskominfo Kota Bandung, Rina Karlina menyebutkan, terdapat 50 peserta yang mengikuti Bandung Datathon 2023. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, seperti pegiat kesehatan, data analis, pegiat bisnis, dan UI/UX.
“Kita kelompokkan menjadi 10 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 latar belakang pendidikan yang berbeda-beda,” ucap Rina.
Seperti namanya, Datathon dibuat dengan konsep seperti ‘berlari marathon’. Dalam dua hari ini, para peserta akan berlomba-lomba untuk menghadirkan ide terbaik.
“Hari ini mereka melahirkan ide sekreatif mungkin melalui data yang ada dalam waktu terbatas. Dua hari selesai dan dikompetisikan,” jelasnya.
Untuk outputnya, ia mengatakan, tak ada batasan dan boleh sekreatif mungkin. Asalkan bisa memenuhi indikator penjurian.
“Selain suistanble dan kreatif, ide tersebut harus bisa diterapkan pemerintah. Ide seperti ini yang memiliki poin tinggi,” tuturnya.
Ia menuturkan, salah satu ide dari hasil Bandung Datathon beberapa tahun silam adalah tombol knob untuk menyalakan lampu merah di lokasi penyeberangan Balai Kota.
“Itu contohnya. Kalau di tahun ini, kita butuh program kesehatan yang mempermudah pelayanan publik tanpa harus membuat masyarakat mengeluarkan biaya tinggi, tanpa harus bertatap muka dengan dokter. Kalau ide tersebut membutuhkan anggaran besar, mungkin diterapkannya tidak tahun ini,” imbuhnya.
Sementara itu, pemateri Bandung Datathon 2023, Direktur Penjaminan JKN/ BPJS PT. Sanbe Prakarsa Husada, dr. Ahyani Raksanagara memaparkan, beberapa kasus kesehatan yang masih tinggi di Kota Bandung di antaranya DBD, tingkat PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Srhat), kematian ibu dan bayi, dan balita gizi buruk.
Salah satu solusi yang tengah diimplementasikan Pemkot Bandung adalah Universal Health Coverage (UHC). UHC merupakan penjaminan kesehatan bagi warga manakala mereka membutuhkan pelayanan kesehatan.
“Soalnya masih ada masyarakat yang enggan untuk mengakses layanan kesehatan karena masalah biaya. Dengan adanya kepastian penjamin, masyarakat menjadi mudah terakses kepada layanan kesehatan,” aku Ahyani.
Ia menjabarkan, ada dua faktor yang sangat mempengaruhi derajat kesehatan di bagian hulu, yakni lingkungan dan perilaku. Pendekatan dua faktor itu hanya bisa dilakukan jika melibatkan masyarakat.
“Sehingga, peran tenaga kesehatan yang ada di hilir itu bisa fokus menyelesaikan permasalah penyakit. Sebab pencegahannya sudah selesai di masyarakat,” harapnya.
Ia berharap, semua lapisan masyarakat mulai dari RT, RW, kader PKK dan posyandu, Karang Taruna serta lainnya bisa bersama-sama menjaga di hulu supaya lingkungan dan perilaku masyarakatnya mendukung kesehatan.
“Ini harus dilakukan secara serentak oleh masyarakat. Kalau tidak, ya angka yang ada di hilirnya akan semakin besar. Berdayakan masyarakat untuk intervensi lingkungan,” kata Ahyani.
Salah satu peserta Bandung Datathon 2023, Ratna Suryana seorang pegawai disabilitas di RS Mata Cicendo mengaku sangat tertarik dengan tema yang diusung tahun ini.
“Sangat bagus karena dengan Datathon mengangkat tema seperti ini bisa mewujudkan pelayanan kesehatan di Kota Bandung yang inklusi,” ungkap Ratna.
Sebagai seseorang yang mewakili disabilitas, ia akan mengajukan ide mengenai pelayanan kesehatan inklusi yang bisa diakses oleh semua termasuk untuk warga masyarakat disabilitas di Kota Bandung.
“Sebab masih banyak yang harus diperbaiki dan masih banyak PR terkait pelayanan kesehatan inklusi yang harus diselesaikan bersama,” lanjutnya.
Selain Ratna, peserta lain bernama Daud Fernando yang merupakan seorang data analis mengaku, ingin coba memberikan solusi berbasis data terkait pelayanan kesehatan melalui Datathon 2023.
“Kebetulan saya fresh graduate. Sejak kuliah di semester 6, saya tertarik sekali di bidang data,” ucap Daud.
Rencananya, ia akan mencanangkan ide yang memudahkan masyarakat Bandung dalam mengakses informasi terkait kesehatan.
“Kira-kira begitu. Tapi untuk spesifiknya masih rahasia. Akan didetailkan kembali dengan tim,” tuturnya. (din)