SEBANYAK 10 peserta mengikuti pelatihan barista di Rumah Cahaya Bangkit Co-Working Space, Jalan Lio Genteng Kelurahan Nyengseret, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Selasa (5 Januari 2021). Pelatihan barista atau pembuat kopi tersebut digagas oleh Pusat Zakat Umat (PZU) dan Yayasan Baitul Maal (YBM) PLN.
Kedua lembaga tersebut juga terlibat dalam pembangunan Co-Working Space yang diresmikan pada 12 November 2020 lalu oleh Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana. Kegiatan pelatihan digelar 4-7 Januari 2021 dengan pengajar barista dari Kedai KopiBray.
Saat ditemui di lokasi, Amil YBM PLN UID Jabar, Ery Lubis mengatakan, program pelatihan tersebut merupakan kolaborasi PZU dan YBM PLN dalam pemberdayaan masyarakat, terutama di masa pandemi Covid-19.
“Di sini masyarakat bisa tertata lebih baik ke depannya. Para remaja atau pemudanya juga diarahkan dengan baik di Co-Working Space ini. Kita berikan pelatihan-pelatihan yang membuat mereka PD (percaya diri) dengan life skillnya. Salah satunya barista yang saat ini banyak kedai kopi dimana-mana,” katanya.
Menurut Ery, pada tahun akan ada tiga pelatihan. Ketiganya yakni barista, pangkas rambut, dan kuliner. Pelatihan itu agar menjadi bekal para peserta untuk berusaha.
“Tahun ini kemungkinan tiga pelatihan, tapi bisa lebih juga. Kita tidak ingin banyak pelatihan atau pesertanya banyak, tapi sesudah pelatihan entah kemana arahnya,” katanya.
Peserta merupakan mustahik zakat yang diseleksi oleh PZU. Dikhususkan peserta yang terdampak Covid-19 dan dari keluarga miskin. “Tapi kita utamakan yang di sekitar Nyengseret atau Kecamatan Astanaanyar,” ujarnya.
Menurutnya, setelah mengikuti pelatihan, para peserta tetap memperoleh pendampingan. “Kalau mereka sudah punya keahlian, nantinya bisa bekerja di cafe atau meracik sendiri untuk dijual, kita tidak akan lepas tangan. Setidaknya mereka bisa magang dulu di kafe tapi diarahkan untuk bisa membuat kedai sendiri atau menjual online,” harapnya.
Sementara itu, Pengajar Barista dari Kedai KopiBray, Amir Yusuf mengatakan dalam pelatihan ini beberapa materi disampaikan. Mulai dari pengetahuan sejarah kopi sampai penyebaran kopi ke berbagai belahan dunia.
“Kita memberikan basic knowledge tentang kopinya terlebih dahulu. Lalu lanjut ke teknis peserta diberi penjelasan untuk memahami tentang kopi itu sendiri tergantung dari jenis dan varietasnya,” katanya.
Di hari kedua, peserta belajar cupping atau uji cita rasa dengan mencoba mencicipi berbagai jenis supaya mereka mengetahui karakteristik kopi. Varian kopi yang dicicipi adalah, seperti arabika, robusta, dan sejumlah varian lain.
Sedangkan hari berikutnya, peserta diajarkan dalam meningkatkan kemampuan khsusunya skill seperti basic barista, manual brew, dan diperkenalkan dengan berbagai macam mesin pembuat kopi.
“Kita mempersiapkan mereka agar punya skill sebagai barista. Proyeksi ke depannya untuk membuka kedai sendiri,” katanya.
Salah seorang Peserta M. Naufal Ridwan mengaku ingin menambah skill dan pengetahuannya tentang karakteristik kopi. Karena ia ingin menjadi seorang barista.
Naufal sebelumnya memiliki pekerjaan di bidang travel. Namun karena pandemi Covid-19 saat ini pekerjaannya pun terdampak.
“Harapan saya pribadi memang ingin bisa enterpreneur lalu kelanjutannya. Kalau ada rezekinya bisa sampai mempekerjakan orang lain atau membuka kesempatan lowongan kerja,” ucapnya(***)